Sabtu, 14 Juni 2008

Partisipasi Visit Musi 2008





Partisipasi Visit Musi 2008
SETIAP kali wisatawan mengunjungi Palembang, dan menikmati sungai Musi dari Plaza Benteng Kuto Besak, mereka akan merasakan sesuatu yang luar biasa yang dapat dinikmati, dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Banyak yang berubah dari sungai Musi. Para pekerja seni pun terinspirasi buat berkarya.
Ratusan perahu ketek yang melintas di sungai Musi, yang selama ini sebagian berpenampilan tidak menarik, lantaran tidak terawat, sehingga banyak wisatawan ragu-ragu menggunakan jasa perahu ketek, kini perahu-perahu itu menjadi menarik dan terasa nyaman. Selain diperbaiki juga dicat dengan warna yang cerah. Para wisatawan pun tidak segan-segan menikmati sungai Musi di atas perahu ketek yang melaju..tek, ketek, ketek...
Para pedagang kaki lima yang sebelumnya tampak tidak teratur, berubah menjadi rapih dan enak dipandang di bawah naungan payung tenda. Kemudian, jika wisatawan ingin menikmati pemandangan sungai Musi sambil minum kopi, juga tidak akan kesulitan mendapatkan warung kopi terapung.
Semua yang dirasakan para wisatawan itu, merupakan salah satu wujud kepedulian Telkomsel Regional Sumbagsel terhadap program Visit Musi 2008 yang dicanangkan pemerintah Sumatra Selatan.
“Aku benar-benar bangga dengan Palembang. Betul-betul berubah menjadi indah. Aku tidak malu mempromosikan Palembang dengan kawan-kawan di luar,” kata Arsyad, wong Palembang yang kini menjadi warga Tanggerang, Jawa Barat, saat mudik ke Palembang bersama anak dan istrinya.
Bukan hanya berdampak keindahan dari apa yang disumbangkan perusahaan pioner jasa komunikasi selular di Indonesia itu. Dukungan mereka juga mendorong masyarakat kecil meningkat pendapatannya.
“Pendapatanku ada peningkatan. Bila sebelumnya banyak wisatawan ragu menggunakan jasa kami, kini sudah banyak yang mau. Selain itu, harga sewa ketek yang kami tawarkan juga lebih besar dari biasanya. Para penyewa setuju bae,” kata Budi Masrianto, seorang serang perahu ketek, yang mana perahunya mendapat bantuan perbaikan dari Telkomsel. Bila sebelumnya harga sewa perahu ketek paling besar dibayar Rp75 ribu per hari, sekarang dihargai Rp100-150 ribu per hari oleh para wisatawan.
“Sungguh banyak pengaruhnya. Kami juga percaya diri dengan ketek kami yang indah ini,” imbuhnya.

DUKUNGAN Telkomsel Regional Sumbagsel terhadap program Visit Musi 2008, selain bantuan perbaikan dan pengindahan terhadap 50 perahu ketek, penyediaan 5 payung tenda di sekitar Plaza Benteng Kuto Besak, sumbangan 50 unit payung tenda kepada para pedagang kaki lima di sekitar sungai Musi dan Plaza Benteng Kuto Besak, menyediakan Warung Kopi Terapung, juga meluncurkan Kartu Pos Visit Musi 2008.
“Sebagai provinsi yang sedang giat-giatnya mempromosikan wisata air yang dimiliki Palembang, sudah selayaknya Telkomsel turut serta untuk mendukung program pariwisata yang dicanangkan Pemerintah Sumatera Selatan ini. Diharapkan dukungan kita akan menjadi nilai tambah dalam mempromosikan pariwisata Visit Musi 2008, serta berbagai produk khas Sumsel,” kata GM Sales & Customer Service Telkomsel Regional Sumbagsel, I Ketut Susila Dharma.
“Bantuan atau dukungan yang sengaja kami berikan tujuannya agar lebih meningkatkan potensi daerah dan keindahan daya tarik sungai Musi yang menjadi objek wisata air, khususnya di kota Palembang. Selain itu, misalnya bantuan perbaikan perahu ketek kami harapkan dapat meningkatkan semangat usaha dari pengelola ketek, begitupun dengan bantuan payung tenda untuk para pedagang kaki lima. Tepatnya, bukan hanya dapat meningkatkan kerapian dan keindahan seputaran objek wisata ini tetapi juga meningkatkan semangat wirausaha dari para pemiliknya,” lanjut Ketut.
Selain bantuan tersebut, Ketut menjelaskan, Telkomsel juga membuka kepada siapa pun untuk dapat mengakses Visit Musi 2008 dengan memijit *991# langsung di ponsel. Layanan ini juga sekaligus sebagai bentuk dukungan terus-menerus terhadap pemerintah daerah di Sumatra Selatan, sebagai upaya menyukseskan Visit Musi 2008.
Dengan layanan berbasis UMB (User Menu Browser) ini, pelanggan akan semakin dimudahkan dalam mengakses beragam informasi dan jadwal kegiatan pariwisata selama program Visit Musi 2008 berlangsung.
“Visit Musi 2008 yang juga bagian dari Program Nasional Visit Indonesia Year merupakan salah satu event pariwisata paling bergengsi di tanah air. Berbagai pertunjukan, atraksi dan kesenian nasional khususnya khas Palembang akan disuguhkan disini, tentunya pelanggan tidak ingin melewatkan satu pun dari event sekali seumur hidup ini,” kata Ketut.
“Pokoknya one stop menu Visit Musi *991# menjadikan solusi bagi pelanggan untuk mengakses jadwal dan agenda kegiatan yang begitu padat ini, layaknya memiliki pemandu wisata pribadi di ponsel. Dengan begitu, pelanggan dan wisatawan dapat dengan nyaman menentukan momen pariwisata yang ingin mereka saksikan sesuai dengan keinginan,” tambah Ketut.

DUKUNGAN Telkomsel Regional Sumbagsel terhadap Visit Musi 2008 itu mendapat apresiasi positif dari para pekerja seni dan budayawan Palembang.
Budayawan Djohan Hanafiah menilai apa yang telah dilakukan Telkomsel merupakan suatu wujud yang perlu disambut baik oleh pemerintah, masyarakat, dan khususnya kalangan pekerja seni dan budaya. “Saya percaya, apa yang dilakukan Telkomsel akan memberikan sesuatu yang berarti bagi masyarakat Sumsel. Bukan hanya hari ini, juga buat di masa mendatang,” kata Djohan.
“Bagus sekali. Ada sesuatu yang lain setelah adanya sentuhan yang diberikan Telkomsel. Dan, terus-terang saya kian menyintai sungai Musi, dan terus mendorong motivasi bagi saya buat melahirkan berbagai karya yang beranjak dari sungai Musi,” kata perupa dan budayawan muda Palembang Erwan Suryanegara.
“Harapan saya, masyarakat dan para pekerja seni dapat memberikan karya yang terbaiknya melalui program Visit Musi 2008, apalagi perusahaan seperti Telkomsel saja telah memberikan sumbangan yang bagus,” kata penggagas Prasasti 13 Abad Sriwijaya ini.
“Banyak inspirasi cerpen yang kutulis dari Plaza Benteng Kuto Besak atau perahu ketek yang kunaiki. Bantuan Telkomsel benar-benar menyentuh suasana sungai Musi,” kata cerpenis muda Palembang Anton Bae.
Dan, baik Erwan, Anton, maupun Djohan, mengharapkan Telkomsel terus mendukung berbagai proses kreatif para pekerja seni dan budaya di Palembang dalam menandai program Visit Musi 2008. “Ya, alangkah bagusnya kalau Telkomsel terus komitmen atau peduli dengan berbagai kegiatan seni-budaya. Sikap perusahaan seperti ini, sangat membantu proses pembangunan kebudayaan bangsa kita,” kata Djohan Hanafiah.

APRESIASI pemerintah Sumatra Selatan terhadap Telkomsel Regional Sumbagsel sangat bagus. “Telkomsel merupakan salah satu perusahaan yang pertama merespon program Visit Musi 2008. Jadi, apresiasi kita terhadap perusahaan ini cukup bagus,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatra Selatan Rachman Zeth.
Menurut Rachman, hampir semua tawaran kepada perusahaan ini terkait program Visit Musi 2008 selalu dipenuhi. Selain bantuan fasilitas seperti di atas, banyak juga baleho dan banner yang dibantu Telkomsel.
“Saya pikir sangat pantas dan wajar apabila masyarakat Sumsel juga memberikan apresiasi yang bagus buat Telkomsel,” katanya.
Dampak dari dukungan Telkomsel, banyak perusahaan lain di Sumatra Selatan turut berpartisipasi dalam menyukseskan program Visit Musi 2008, seperti Bank Sumsel dan ProXL. “Artinya, Telkomsel bukan hanya memberi bantuan, juga memberikan dampak pada kepedulian banyak pihak terhadap Visit Musi 2008,” ujarnya.

SOAL kepercayaan atau apresiasi positif masyarakat Sumatra Selatan terhadap Telkomsel sangatlah pantas. Selain dukungannya pada program Visit Musi 2008, sebagai service leader, Telkomsel saat ini telah melayani sekitar 47 juta pelanggan atau lebih dari 50% pengguna selular di Indonesia. Dengan jumlah pelanggan di akhir tahun 2006 sekitar 35,6 juta, Telkomsel berhasil menambah jumlah pelanggan barunya melebihi target yang ditetapkan sepanjang 2007 yang berkisar 8-10 juta. Di 2007 Telkomsel berinvestasi US$ 1,5 miliar untuk menambah 5.000 BTS (Base Transceiver Station) baru termasuk node b (BTS 3G).
Telkomsel mempunyai lebih dari 20.000 BTS menjangkau sekitar 98% populasi Indonesia dan bekerjasama dengan 260 operator mitra International Roaming di seluruh dunia. Dari sisi teknologi, Telkomsel telah menghadirkan teknologi 3G berbasis WCDMA (Wideband CDMA) dan HSDPA (High Speed Data Packet Access) sebagai upaya meningkatkan inovasi layanan, sekaligus melengkapi ragam teknologi yang ada sebelumnya seperti GPRS (Global Packet Radio Service) dan EDGE (Enhanced Data Rate).
Telkomsel menggelar jaringan 3G secara cepat di mana tercatat lebih dari 1.619 node B telah tersebar di 81 kota di Indonesia dan telah membuka akses internasional video call 3G dengan 20 negara, seperti Polandia, Inggris, Korea Selatan, Swedia, Brunei, Singapura, Malaysia, Filiphina, Taiwan, Australia, Hongkong, Jerman, Belgia, Perancis, Arab Saudi, Italia, Yunani, Belanda.
Ya, seperti air sungai Musi, Telkomsel terus mengalir di tengah-tengah masyarakat Sumatra Selatan yang terus membangun kebudayaannya dalam pergaulan masyarakat global. (*)


Foto Atas: Zanial Mazalisa

Bukan Iklan, Tapi Bukti






Bukan Iklan, Tapi Bukti
MENILAI seorang aktor politik yang prorakyat, bukan dari pernyataannya tapi dari track record-nya. Saat ini, banyak publik yang telah dibohongi oleh seorang aktor politik melalui berbagai iklan. Sebab, ketika diverifikasi, ternyata iklan-iklan yang disampaikan jauh dari fakta sebenarnya. Bagaimana dengan Syahrial Oesman?
Sebelum memaparkan trac record-nya selama memimpin Sumatra Selatan, ada baiknya kita harus mengetahui kondisi Sumatra Selatan pascakejatuhan Soeharto.
Setelah Soeharto jatuh, secara politik Indonesia mengalami kemajuan. Tetapi, secara ekonomi, cultural, dan social, Indonesia mengalami keterpurukan. Ini sebagai dampak dari rezim Orde Baru yang dijalankan Soeharto bersama partai politik Golkar—parpol dominant.
Ancaman krisis ekonomi yang berkepanjangan, ancaman kriminalitas, hingga ancaman perpecahan, selalu menghantui dan mendampingi rakyat Indonesia.
Nah, di tengah kondisi itu, Syahrial Oesman memimpin Sumatra Selatan. Dia bukan hanya berpikir soal ekonomi, tapi juga keamanan dan soliditas kebangsaan Indonesia.
Selama memimpin Sumatra Selatan, sejak 2003-2008, Sumatra Selatan ”selamat” dari krisis yang melanda banyak daerah di Indonesia. Kasus tanah di pedesaan yang banyak diributkan rakyat selama Soeharto berkuasa mengalami penurunan, tidak ada konflik horisontal seperti di daerah lain, seperti konflik antarsuku atau kepercayaan. Bahkan, yang membanggakan investasi kian meningkat di Sumatra Selatan, serta beberapa prestasi diraih oleh rakyat maupun pemerintahannya.
Ini, tidak lain, lantaran Syahrial Oesman mampu membangun mitos bersama rakyat Sumatra Selatan dalam membangun dan mengembangkan dirinya, yakni melalui program ”Lumbung Energi Nasional”. Yang secara filosofis, program ini memberikan kepercayaan diri atau keyakinan kepada rakyat Sumatra Selatan sebagai daerah yang berpotensi menjadi daerah yang makmur dan sejahtera, lantaran memiliki banyak sumber energi.

Penghargaan
Melihat kinerja Syahrial Oesman itu, tidak berlebihan bila pemerintah Indonesia memberikan penghargaan Bintang Mahaputra Utama pada 15 Agustus 2007, yang mana penghargaan ini dikalungkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Bintang Mahaputera Utama merupakan penghargaan terhadap mereka yang berjasa luar biasa tehadap nusa dan bangsa, di luar bidang militer.
Syahrial Oesman mendapat penghargaan tertinggi Bintang Mahaputra Utama, melalui proses penyaringan yang ketat sesuai kriteria yang ditentukan tim seleksi. Pada saat menerima penghargaan itu, Syahrial Oesman baru menjabat gubernur 3 tahun 9 bulan.
“Penghargaan ini bukan untuk saya. Penghargaan ini untuk rakyat Sumsel. Tanpa rakyat Sumsel, saya bukan apa-apa,” kata Syahrial Oesman.
Nah, berikut track record pembangunan yang dijalankan Syahrial Oesman bersama rakyat Sumatra Selatan, yang menjadi dasar penilaian Bintang Mahaputra Utama.
1. Pendidikan
Dalam aplikasinya, SO berkomitmen agar penyediaan anggaran minimal 20% dari total APBD Provinsi Sumsel untuk pendidikan. Langkah-langkah strategisnya:
· Program Pendidikan Anak Usia Dini (PUAD)
Tercapainya target APK (Angka partisipasi Kasar) 45% pada tahun 2009.
Setiap kecamatan minimalnya mempunyai 2 TK Negeri.
Pengembangan POSYANDU menjadi PUAD.
· Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun
Menyelenggarakan SD kecil di daerah terpencil/terpencar.
Bantuan operasional sekolah (BOS).
Kelompok belajar Paket A.
Membuat SD-SMP satu atap.
Melengkapi sarana belajar dan buku.
Merehabilitasi sarana sekolah dan menambah ruang kelas baru.
· Program Pendidikan Menengah Atas
Anak usia 16 s/d 18 tahun mendapatkan layanan pendidikan menengah yang layak dan bemutu mencapai 70% pada tahun 2009.
Membengun unit sekolah baru SMA dan SMK.
Kegiata belajar Paket C.
Merehabilitasi gedung sekolah dan menambah ruang kelas baru.
Melengkapi sarana balajar dan buku.
Memberikan bantuan dana peralatan sekolah yang iberikan secara langsung kepada siswa melalui tabungan pelajar.
· Pendidikan Luar Sekolah
Menambah pendidikan PKBM (Pusat Kegiatan Masyarakat)
Tambahan intensif bagi para tenaga tutor.
Memberdayakan guru menjadi tutor PKBM.
· Kualifikasi dan Sertifikasi Guru
Meningkatkan kesejahteraan guru dengan menyekolahkan mereka ke jenjang S1 (kualifikasi) dan mendapat sertifikasi.
Memberikan tambahan honor bagi guru yang mengajar di SD, SMP, dan SMA Negeri dan Swasta.
2. Kesehatan
Revitalisasi POSYANDU (Alokasi Dana Posyandu dalam Dana Bantuan Desa).
Memprakarsai dimulainya pelayanan Dokter Keluarga gratis bagi masyarakat miskin.
Memberikan dukungan langsung pada setiap kejadian bencana denga gerakan peduli bencana yang merupakan unsur perekat NKRI.
Visi Pembangunan Kesehatan 2008-2013 adalah membuat rakyat sehat, yang sehat tetap sehat, yang sakit diobati, yang miskin digratiskan.
3. Program Sumsel LUMBUNG ENERGI NASIONAL
Sebagai tindak lanjut pencanangan Sumatera Selatan sebagai Lumbung Energi Nasional tanggal 19 Nopember 2004 oleh Presiden RI:
Adanya kebijakan pemerintah di dalam pendirian pembangkit listrik mendekati sumberdaya alamnya (PLTU Mulut Tambang).
Pemanfaatan sumber energi gas bagi masyarakat luas (gas kota/rumah tangga, gas untuk kendaraan bermotor melalui SPBU BBG, Program Gas 3 kg)
Diversifikasi Energi (biodisel, bio fuel, briket batubara, PLTMH [mikro hidro], PLTS [surya] dan angin).
Menyukseskan program penyuluhan pemakaian dan pemanfaatan briket batubara sampai 11 propinsi.
Mendorong program konservasi energi dan audit energi (inpres No. 10 Tahun 2005 dan Intruksi Gubernur No. 061 Tahun 2005).
Memberikan peluang untuk berinvestasi di sektor pertambangan umum baik dari dalam maupun luar negeri.
4. Program Sumsel LUMBUNG PANGAN NASIONAL
Keberpihakan kepada petani-nelayan dalam meningkatkan produktivits dan produksi adalah untuk peningkatan kesejahteraan melalui Program Sumsel Lumbug Pangan:
Bantuan benih bibit/bibit padi, karet, sawit, sayuran dan buah-buahan, alsintan dan ternak.
Perbaikan jalan usaha tani dan jaringan irigasi.
Terbukanya akses investasi.
Diterimanya penghargaan oleh 10 kabupaten sentra produksi beras.
Bantuan motor kepada penyuluh.
Skim kredit bantuan modal usaha tani.
Pasar ikan higienis Jaka Baring.
Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas utama lumbung pangan.
Bantuan operasional penyuluh setiap bulan.
Benahi kelompok tani dan penumbuhan gapoktan
Disahkannya Per-Gub tentang Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
Sukses pelaksanaan Pekan Nasional Pertemuan Kontak Tani Nelaya Andalan Nasional (PENAS) XII Sembawa, Banyuasin 7-12 Juli 2007 (terbesar dan termeriah sepanjang sejarah PENAS).
Satya Lencana Wirakarya tahu 2007 dari Presiden RI kepada Gubernur Sumatera Selatan tentang Program Sumsel Lumbung Pangan.
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK), revitalisasi penyuluhan, revitalisasi perkebunan.
5. Infrastruktur dan Investasi
Pelabuhan Samudera Tanjung Api-api.
Peningkatan fasilitas rel kereta api.
Pembangunan rel kereta api mahasiswa ke kampus Unsri Inderalaya.
Pembangunan rel kereta api simpang tanjung api-api.
Pembangunan jalan tol Palembang-Indralaya.
Peningkatan jalan lintas timur, lintas tengah, dan lintas tengah Sumatera.
Pembangunan Fly over.
Program pembangunan Jembatan Musi III.
Peningkatan jalan ke sentra produksi pertanian/perkebunan melalui program tahun jamak.
Pemeliharaan jalan dan jembatan provinsi.
6. Aspek Agama dan Kegiatan Sosial
Forum ulama-umaro.
Pembangunan Islami Centre.
Pembangunan prasarana ibadah.
Program sholat subuh dan maghrib berjemaah ke masjid.
Bantuan kepada ustad dan ustadzah (pesantren).
Asuransi kepada para ulama/da’i.
Program bantuan naik haji bagi ustad, ulama dan guru yang berprestasi.
Embarkasi haji untuk wilayah Sumbagsel.
MTQ Nasional Mahasiswa dan PONPES Tahun 2007.
7. Pemuda dan Olahraga
Pemilihan Sriwijaya Football Club (SFC) meraih kemenangan ganda di liga nasional sekaligus dijadikan pemicu prestasi olahraga Sumsel.
Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat dengan bantuan untuk pemuda desa dan pondok pesantren (peralatan olahraga volley dan sepak bola).
Pembangunan sarana olahraga di kabupaten/kota.
Program SP3 (Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan).
Pembinaan organisasi kepemudaan melalui KNPI.
Pertukaran pemuda antar provinsi.
Pemilihan pemuda pelopor.
Gubernur Sumsel mendapatkan penghargaan di bidang olahraga (Pembina Olahraga Terbaik, Piala Suratin Utama, PORNAS II Korpri).
Gubernur Sumsel mendapatkan penghargaan dibidang kepemudaan (Pembina Pemuda Terbaik Tingkat Nasional).
8. Provinsi Alternatif untuk Event-event Nasional dan Internasional
Suksesnya pelaksanaan PON XVI tahun 2004
Suksesnya pelaksanaan PORNAS II KORPRI tahun 2006.
Suksesnya pelaksanaan PENAS XII KTNA tanggal 7-12 Juli 2007.
Piala AFF di bawah 18 tahun.
Piala AFC tahun 2007.
Peresmian Bandara Internasional SMB II sebagai bandara Internasional.
Peresmian Bandara SMB II sebagai embarkasi haji.
Pelaksanaan lomba Triathlon Internasional.
Festival Sriwijaya.
9. Pemerkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Terbentuknya kerjasama lintas budaya nasioal Provinsi Sumatera Selatan (paguyuban).
Terjalinnya hubungan yang harmonis pengurus Partai Politik Provinsi Sumatera Selatan.
Terbinanya hubungan lembaga swadaya masyarakat dan organisasi kemasyarakatan.
Terpeliharanya pengaman kegiatan keagamaan.
Peduli bencana alam lokal dan nasional (Tsunami, Gempa Jogja, Tsunami Pangandaran, Gempa Bengkulu, Gempa Sumatera Barat) dengan megirim bantuan medis dan sosial.
10. Visit Musi 2008
Akselerasi peningkata pariwisata Sumsel dan mendukung program nasional ”Visit Indonesia 2008” sekaligus memicu peningkatan investasi ekonomi Sumsel.

SEMENTARA prestasi atau penghargaan yang diterima Syahrial Oesman selama kariernya sebagai birokrat maupun kepala daerah antara lain:
Piagam Ekspedisi Pinisi Jakarta-Vancouver Expo (1986)
Satyalancana Pembinaan Bidang Koperasi (1996)
Penghargaan Peran Serta Pengabdian Nilai-nilai 1945 (1995)
Bintang Penghargaan DHN 45 (1998)
Tanda Penghargaan Karya Ketahanan Pangan Nasional (2002)
Penghargaan Manggala Karya Kencana Bidang KB (2002)
Penghargaan Program Pembanguanan Karet Rakyet (2004)
Piagam Lencana Melati (2005)
Penghargaan Pembina Karang Taruna (2005)
Tanda Kehormatan Bidang Legiun Veteran RI (2005)
Penghargaan Sutomo Tjokronegoro Award (2006)
Penghargaan Adi Manggala Krida (2006)
Bintang Bhakti Catur Dharma Pepabri (2006)
Penghargaan Bidang Kemanusiaan (2006)
Lencana Adi Bhakti Tani Nelayan (2007)
Satya Lancana Dharma Satya Utama (2007)
Penghargaan Mahaputra Utama (2007)
Satya Lencana Wirakarya, Program Ketahanan Pangan (2007) (*)

Sriwijaya Crisis Center


Menanggulangi Bencana di Indonesia
BENCANA alam memang tak pernah henti-hentinya menghantam negeri Indonesia. Banjir bandang, angin puting beliung gempa bahkan tsunami adalah beberapa contoh dari bencana alam yang kerap melanda masyarakat. Sebagai bentuk bagian antisipasi terhadap penangulangan bencana alam yang bakal terjadi di depan mata, Pemerintah Provinsi di bawah kepemimpinan Gubernur Syahrial Oesman, telah membentuk suatu posko terpadu bernama Sriwijaya Crisis Center (SCC). Program SCC yang menggunakan dana APBD Sumsel itu direncanakan akan ditempatkan di Kompleks Kanwil Dephub Bandara SMB II Palembang. Meski didirikan di Provinsi Sumsel tetapi SCC optimistis siap menjadi pusat penangulangan bahaya bencana regional untuk kawasan Sumatera Bagian Selatan . Lampung, Jambi, Bengkulu, dan Bangka Belitung.
Maret 2007 lalu di depan wartawan se- Sumsel, Gubernur Syahrial Oesman mengemukakan bahwa ada beberapa kader yang dipersiapkan untuk mendukung terlaksananya SCC. Antaralain datang instansi Dinas Kesejahteraan Sosial (Diskesos), Tim Sar, Dinas Perhubungan (Dishub), Dinas Kesehatan (Diskes) dan organisasi Palang Merah Indonesia (PMI). “Jadi seluruh kader penangulangan bencana itu diharapkan mampu saling koordinasi jika nanti ada bencana tingkat regional,”kata Syahrial saat itu.
Bangunan Eks kanwil Dephub itu jelas Syahrial selain direhab kembali juga akan dibangun lagi terdiri dua lantai. Fungsinya adalah untuk lokasi kamp peralatan penangulangan bencana. “ Sengaja kita pilih areal SCC di seputara eks Kanwil Dephub ini karena lebih memudahkan untuk mobilisasi apabila bencana datang,”ungkapnya.
Sejauh ini kata Syahrial pusat penangunalangan bencana baru ada di Sumatera Utara dan Sumsel. Sementara itu untuk Sumsel telah memiliki beberapa peralatan pendukung seperti tenda lapangan, mobil lapangan, mobil ambulans, sarana penjernih air, rumah sakit lapangan, tenda pleton, perahu karet, perahu dolphin, mobil dapur dan sarana umum berupa kendaraan pertolongan.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel menyebutkan total kader yang akan dikerahkan guna mendukung realisasi SCC antaralain 61 kader meliputi siaga 11 orang, identifikasi korban 20 orang untuk pubic save center (PSC, 15 orang anggota brigde siasa bencana (BSB, dan 15 orang untuk PMI).
Terhadap dukungan terhadap SCC, Kepala Dinas Perhubungan Sumsel, Sarimuda mengemukakan pihaknya telah mempersiapkan segala hal terkait dengan sector transportasi. Baik udara, darat maupun laut. Bahkan, di sector jalur daratan pihak Dishub telah menyiapkan jalur sector perkeratapian misalnya jalan Palembang – Inderalaya serta pembuatan gerbong kereta api.
“Kita harus tahu dahulu SCC itu tujuan untuk apa. Maka dari itu kita perlu persiapkan beberapa jalur untuk menghindari bencana secara tiba-tiba. Tidak di darat saja, malah kita telah mempersiapkan jalur laut berupa kapal karet, perlengkapan Tim SAR. Jadi SCC memang kita sudah siapkan,”ucapnya.
Persiapan bukan itu saja, sambung Sarimuda pihak bahkan telah mempersiapkan para personil yang terlatih dan terdidik. Di samping itu Dishub juga telah mempersiapkan kebutuhan sarana prasarana evakuasi, peralatan komunikasi.“Pokoknya kita responlah terhadap kebijakan pak Gubernur Syahrial Oesman itu. Visi dan misinya itu kan sudah jelas, “ujarnya.
Menanggapi adanya beberapa daerah di Indonesia yang terkena dampak bencana. Sarimuda menyampaikan, kepedulian serta toleransi social yang diwujudkan oleh Provinsi Sumsel sejauh ini telah teralisasi. “Alhamdulilah provinsi Aceh kena Tsunami kita ikut Bantu, Jogyakarta gempa kita datang kesana, Pagaruyung terbakar Pak Syahrial juga membantu. Soal perhatian Sumsel terhadap bencana ala mini tetap menjadi perhatian,”bebernya.
Hal senada Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial (Dinsos) Provinsi Fadjri Nashir mengatakan, SCC merupakan salahsatu cikal bakal untuk mendukung Undang Undang Pusat tentang penangulangan bencana. Fadjri menilai, dengan adanya SCC tersebut maka satu langkah Provinsi Sumsel telah berhasil mendahului kebijakan UU Pusat itu. “ Program Pak Gubernur Syahrial Oesman itu saya lihat sangat tepat. Apalagi SCC ini sangat besar dampaknya terhadap penangulangan bencana baik regional Sumbagsel,”katanya.
Dikatakan Fadjri, pihaknya telah menyiapkan segala sesuatunya dalam mendukung SCC. Persiapan itu antaralain berbentuk kendaraan, kendaraan umum, tangki air, kendaraan lapangan, bus, boot, tenda serta peralatan lainnya . “SCC ini nantinya memiliki system komando. Dinsos sebetulnya di SCC berperan sebagai pendukung dalam hal non makanan,”ungkapnya.
Untuk tahap awalnya lanjut Fadjri, akan ada semacam Posko masing-masing bagian baik Pihak kesehatan, Dishub, dan instansi terkait lainnya.
Terpisah Ketua PMI Sumsel Maphilinda Syahrial juga menambahkan paling tidak melalui SCC akan ada koordinasi dan kerjasama bersama antara pihak TNI, Dinsos, Dishub, Tim SAR, ambulance serta PMI. “Sudah barang tentu PMI sangat besar perannya. Mengapa demikian?. Karena PMI pun sekarang sudah siap menjangkau regional Sumbagsel. Kalau ada bencana di daerah tetangga kita malah siap membantu. Menurut saya itu suatu kewajibanlah bagi PMI,”ujarnya.
Maphilinda menyoroti, dipilihnya Eks Kanwil Dephub Bandara SMB II sebuah keputusan yang tepat. Sebab, lokasinya sangat dekat dengan areal pelabuhan udara atau bandara dan diharapkan penanganan bencana nantinya akan lebih cepat. “Selama ini PMI lebih optimal dalam memberikan bantuan setiap kali ada bencana. Saya berharap terbetuknya SCC kontribusi PMI ke depan akan lebih maksimal lagi,”ucapnya.
Ditanya bagaimana program PMI sejauh ini, Maphilinda menyampaikan berbagai kegiatan telah diupayakan anggota PMI Sumsel. Bahkan sosialisasi pun sudah dilakukan sampai ketingkat cabang-cabang. “Kami berharap PMI di cabang juga ikut membuat ranting PMI,”ujarnya.
Dari hasil pantauan Maphilinda besar harapan keberadaan SCC akan mampu menjadi contoh bagi daerah-daerah Provinsi lainnya. Pasalnya, selain dapat menjadi solusi bagi penanggulangan bencana di Sumsel, SCC akan siap menangani bencana yang terjadi di regional Sumbagsel “ Yang kita lihat Sumsel lebih beruntung dengan memiliki SCC itu. Karena itu masyarakat Sumsel hendaknya wajib menyukurinya,” katanya. [*]

Peduli Anak Cacat







Peduli Anak Cacat
PARA siswa penyandang cacat di Sumsel bolehlah bergembira dan berbangga hati. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui Undang Undang No 4 Tahun 1997 dan Perda No 43 Tahun 1998 tentang upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat merelasisakannya dengan meresmikan kawasan megah YPAC, Sabtu (5/5/2007) lalu. Kemegahan kawasan yang terletak di Jl Mr Sudarman No 2727 Kel Sukamaju Kenten Palembang bak real estate ini akan dinikmati oleh para siswa penyandang cacat.
Kompleks bangunan yang mampu menampung 1000 anak cacat ini konon yang terbesar dan terlengkap di Indonesia saat ini. Gedung mewah ini dibangun oleh PT Istana Kenten Indah, sementara fasilitas pendukung lainnya seperti rumah-rumah dinas pengelola dibantu oleh beberapa donatur. Dari dana APBD sendiri digelontorkan bantuan berupa 20 unit komputer, alat-alat psioterapi dan lain-lain.
Dalam sambutan peresmiannya, Gubernur Sumsel Syahrial Oesman mengatakan lokasi YPAC ini bukan cuma menampung anak‑anak yang berdomisili di Palembang saja tapi juga merupakan tempat rujukan bagi anak‑anak penyandang cacat yang tinggal di daerah‑daerah.
“Siswa YPAC ini haknya sama dengan murid normal lainnya. Soal bagaimana masa depan mereka nanti kalau prasarananya sudah cukup, mereka bisa berusaha, mereka kan masing‑masing punya keahlian. Mereka bisa hidup mandiri tetapi sebatas kemampuan," ujar Syahrial.
Jika sarana dan prasarana sudah lengkap, pemerintah Provinsi Sumsel akan ikut mendukung terlaksanamya sistem pengajaran di YPAC. Pembangunannya tidak hanya terpusat di Palembang saja, tetapi juga ke seluruh kabupaten/kota di Sumsel.
“Nanti di setiap daerah kita minta bantuannya untuk menyiapkan sarana dan prasarana pendukung. Ini merupakan salah satu bentuk kepedulian dan pelayanan kita kepada anak-anak penyandang cacat,” kata Syahrial.

Mengacu Depdiknas
Ditemui setelah peresmian, Ketua Umum YPAC Palembang, Otty Teddy S Dharma menyampaikan, pada Tahun Ajaran 2007, total siswa YPAC 270 orang, sementara staf dan karyawan 80 orang. Sebagian tenaga pendidik ada yang ditugaskan langsung dari pemerintah, selebihnya berasal kalangan umum.
Menurutnya, misi utama YPAC adalah mengutamakan pelayanan lebih. Sementara kurikulum pengajaran mengacu pada sistem kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, materinya Sekolah Luar Biasa (SLB).
"Kita tidak ada target soal daya tampung. Bayangkan, bayaran sekolah cuma Rp 20 ribu, itu pun banyak yang ngutang. Kita akan lengkapi fasilitas yang belum ada. Saat ini memang belum ada asrama, kita fokuskan pada pelayanannya dulu,” ujar Otty.
Salah seorang orangtua didik YPAC, Kristina menyatakan banyak sekali perkembangan yang dialami putrinya sejak bersekolah di YPAC. Bisa bersosialisasi, memiliki banyak kawan, dapat menulis serta membaca buku. "Di sini kan ada psioterapinya. Saya cukup banggalah dengan YPAC ini. Dari yang dulunya putri saya nggak bisa sama sekali ngomong kini sudah dapat beraudiensi," kata Kristina yang mengaku setiap hari mulai pukul 07.00 ‑ 09.30 waktunya dihabiskan untuk menjaga putrinya di YPAC.
Partin, guru SLB D1 Tuna Daksa mengatakan selain mata pelajaran dari Diknas, sistem pengajaran juga dititikberatkan pada pembinaan jati diri anak terutama dalam kegiatan sehari‑hari. "Kelasnya sama seperti kelas normal. Ada tingkatan TK, kelas 1, 2 sampai kelas 6 SD. Tiap kelas maksimal duabelas murid. Jadi kita perlu perhatian ekstra,"ungkap Partin.
Perasaan bahagia atas diresmikannya YPAC terlontar dari mulut Syarif Hidayat, salah seorang siswa YPAC. Meski baru kelas 4, namun Syarif sepertinya ingin menggapai impian sama seperti anak normal lainnya.
"Syarif mau jadi seniman. Kalau pelajaran yang disukai menggambar pemandangan gunung,"katanya.
Saat acara peresmian berlangsung, terlihat sekitar 260 siswa YPAC ikut menyemarakkan suasana. Mereka ikut baca puisi, menari, bernyanyi sampai break dance. (*)

Warga Desa Harus Bangkit





Warga Desa Harus Bangkit
KETUA Tim Penggerak PKK Provinsi Sumsel, Ny Maphilinda Putri Gumay Syahrial, mengajak warga Desa Lubuk Kute, Kecamatan Kikim Timur, Kabupaten Lahat untuk segera bangkit dari ketertinggalan yang selama ini mengungkung mereka. Seruan ini disampaikan saat Maphilinda serta rombongan Tim Penggerak PKK Provinsi Sumsel dan Kabupaten Lahat melakukan kunjungan kerja di desa ini, Selasa (21/8/2007) lalu.
“Mulai sekarang, mari kita bangun desa tercinta ini dengan membangun bersama. Jangan lagi merasa hidup sendiri. Jangan lagi merasa terisolilasi. Mari kita bangkit dari ketertinggalan ini!” seru Maphilinda yang disambut warga dengan sorak penuh semangat. Maphilinda tertarik berkunjung ke Desa Lubuk Kute karena daerah ini punya banyak “keistimewaan, misalnya jalan menuju ke desa ini merupakan jalan berlumpur, listrik belum masuk, letaknya di tengah hutan, sulit mendapatkan air bersih, dan pendidikan warga masih sangat memprihatinkan. Sebagai contoh, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih sangat sedikit. Selain itu, banyak kaum ibu tidak bisa berdandan, layak ibu-ibu di desa lainnya dikarenakan keterbatasan yang mereka alami.
Di samping itu, sarana hiburan seperti televisi sulit ditemukan. Karena, dari 122 kepala keluarga (KK) hanya sekitar 10 KK yang punya pesawat televisi, itu pun yang kehidupannya terhitung mapan.
Ketua Tim Penggerak PKK Desa Lubuk Kute, Lasmiana Didi Subianto, mewakili warga, menyampaikan aspirasi dan curahan hati mereka tersebut kepada Ny Maphilinda Putri Gumay Syahrial dan Ny Hj Herlin Harunata, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Lahat. Pada kesempatan pertama, Lasmiana mengatakan, “Kami tak menyangka kalau seorang istri gubernur dan istri bupati berkenan datang berkunjung ke Desa Lubuk Kute yang terpencil, di tengah hutan, jauh dari keramaian, dan hanya sirine dan suara cerobong keretaapi yang bisa kami dengar. Baru sekali ini desa kami dikunjungi istri pejabat. Warga berharap, agar Pemerintah Provinsi Sumsel membuka akses jalan yang memadai menuju Desa Lubuk Kute, misalnya demgam pengaspalan. Selama ini, kalau warga ingin ke Lahat kota atau ke tempat lain hanya bisa mengandalkan transportasi keretaapi yang mereka stop di tengah jalan. Mereka harus melompat saat naik atau turun dari kereta. Hal tersebut jelas sangat berisiko untuk keselamatan warga.

Syahrial Gubernur Lagi
Warga juga menginginkan sarana hiburan seperti televisi. Di desa ini jarang ditemui warga yang punya pesawat televisi. Warga juga minta bantuan sarana pemasokan air bersih. Selama ini, warga hanya memanfaatkan air sungai yang harus diambil dengan naik turun anak tangga beton sebanyak 140 undakan. Sambutan Lasmiati diakhiri dengan menitip pesan untuk Gubernur Sumsel, Ir. Syahrial Oesman, M.M., untuk berkenan mencalonkan diri lagi sebagai Gubernur Sumsel periode 2008–2013 pada pemilihan kepala daerah mendatang.
“Kami warga Lubuk Kute siap mendukung dan memenangkan Pak Syahrial Oesman,” seru Lasmiati.
Menanggapi curahan, keluhan, dan pesan warga, Maphilinda Putri Gumay, yang juga istri Syahrial Oesman, mengatakan, “Saya berjanji akan langsung menyampaikan semua keluhan warga Desa Lubuk Kute, terutama mengenai aspal jalan dan fasilitas air bersih, kepada Gubernur Sumsel, Ir. Syahrial Oesman, M.M.”
Mengenai sarana hiburan, Maphilinda mengatakan, siap membantu dengan memberikan pesawat televisi, genset, dan juga antene parabolanya. Hanya saja, Maphilinda berpesan, agar televisi ini jangan disimpan di rumah kepala desa, melainkan di tempat umum agar bisa dinikmati seluruh warga. Maphilinda juga berpesan, agar saat menonton televisi, terutama anak-anak dan remaja, harus didampingi orangtua. Dikhawatirkan yang mereka tonton nanti acara-acara yang tidak seharusnya mereka tonton.
Selain televisi, dalam kesempatan ini Maphilinda juga memberikan dua buah mesin jahit untuk menambah ketrampilan warga. Ny. Hj. Herlin Harunata memberikan bantuan lampu petromaks sebagai sarana penerangan dan perangkat alat memasak. Di akhir kunjungan kerjanya di Desa Lubuk Kute ini, Maphilinda menyempatkan diri melihat langsung lokasi sungai tempat warga mengambil air. Maphilinda terlihat terharu dan sedih membayangkan warga harus naik-turun anak tangga untuk sekadar mendapatkan air bagi kehidupan mereka.
Sebelum tiba di sungai, Maphilinda sempat mendatangi gedung SDN 11 Lubuk Kute. Kondisi gedung sekolah tersebut sudah sangat memrihatinkan. Bangunan tersebut terdiri dari dua setengah lokal. Mengapa ada setengahnya? Karena, salah satu lokal yang ada digunakan sebagai ruang belajar sekaligus ruangan kantor guru. Kondisi dindingnya juga banyak yang rusak. Terlihat juga tumpukan bangku-bangku yang rusak dan tidak dapat digunakan, bertumpuk di belakang siswa belajar. Situasi ini jelas sangat tidak mendukung suasana belajar-mengajar yang memadai.
Usai meninjau gedung sekolah SDN 11, Maphilinda melanjutkan perjalan menuju sungai. Sebelum sampai di sungai, Maphilinda dan rombongan harus melintasi rel kereta api. Menurut Kepala Desa Lubuk Kute, Didi Subianto, di tempat inilah warga desa biasa menghentikan keretaapi untuk menumpang. Warga meminta masinis menghentikan kereta api dengan melambaikan uang. Saat kereta berhenti, warga harus cepat-cepat melompat. Begitu juga saat turun.
Di tepi sungai, Maphilinda terlihat sedih dan tampak meneteskan air mata. Maphilinda melihat warga harus berjuang keras, naik-turun undakan untuk sekadar mendapatkan air untuk minum dan kebutuhan lainnya. Maphilinda juga melihat warga mandi, mencuci, bahkan buang air besar (BAB) di sungai itu juga.
Sehari sebelum kunjungan kerjanya di Desa Lubuk Kute, Maphilinda Putri Gumay Syahrial sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Sumsel dan rombongan menggelar acara Sosialisasi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di pendopo rumah dinas Bupati Lahat, Senin (20/8). Maphilinda juga mengunjungi Kelompok Bermain PAUD Bunga Rose di Kelurahan Bandar Agung, Kecamatan Lahat, Selasa (21/8/2007). (*)

Bersantap Bersama Anjal


Bersantap Bersama Anjal
USAI mengadakan lomba TTS tingkat pelajar SD, TP PKK Provinsi kembali memeriahkan HAN 2007 dengan melibatkan langsung anak jalanan (Anjal) se Kota Palembang. Walhasil, sekitar 250 anak jalanan (Anjal) se Kota Palembang diundang untuk bersantap siang di restoran cepat saji McDonald Anugerah Jl. Sudirman. Bahkan, sebagian besar anjal ini berasal dari keluarga tidak mampu dan telah terbiasa menjalani hidup di jalanan.
Dua hari yang lalu tepatnya, Senin (23/7) sekitar pukul 112.30 wib, seluruh anjal yang datang ke McDonald Anugerah mendapat kesempatan menyantap hidangan nasi bungkus dengan beragam pilihan lauk pauknya. Ada ayam goreng, telur dadar. Sedangnya sajian minumannya berupa sofdrink dan minuman botol lainnya.
“Saya kira anak-anak yang datang cukup banyak. Makanya, sistem layanan kita coba atur supaya tertib. Pokoknya seluruh anak harus mendapat jatah yang sama. Karena, mereka di mata saya sama. Di hari anak ini kita harus bersedia membahagiakan mereka,” kata Ketum TP PKK Provinsi, Maphilinda Syahrial.
Rasa haru dan bahagia pun tergambar jelas dari wajah Maphilinda saat membagikan nasi bungkus untuk anjal. “Kepuasan yang terbesar itu adalah ketika sanggup membagi kebahagian bersama orang lain. Apalagi, untuk anak-anak jalanan. Saya puaslah dengan kegiatan ini,”katanya.
Sementara itu Andri (10) yang mengaku masih sekolah di Kertapati mengaku datang ke McD Anugerah karena di ajak oleh salahsatu kawannya. Untuk itu ia tidak akan melewatkan kesempatan makan siang bersama anjal. “Mulanya aku diajak, kak. Tapi, aku senang makan di sini sama kawan-kawan yang lain. Ayam gorengnya enak sekali,”katanya.
Bersama Andri, tampak sejumlah anjal yang lain menikmati makan siang gratis yang mungkin seumur hidup mereka belum pernah terjadi. Mereka pun duduk saling berdekatan membuka bungkusan kotak nasi dan langsung melahapnya. “Pagi tadi aku memang belum makan. Perut terasa lapar, aku buka kotak nasi ada paha ayam goreng,”kata Rio. (*)

Peringatan Hari Anak Nasional 2007






TTS Gali Pengetahuan Anak
TIM Penggerak PKK Provinsi Sumsel menyelenggarakan ragam kegiatan menarik dalam memeringati Hari Anak Nasional (HAN) 2007. Serangkaian kegiatan itu berupa lomba mengisi Teka Teki Silang (TTS) untuk anak Sekolah Dasar (SD) se Kota Palembang. Lomba TTS yang diikuti 63 SD ini diharapkan mampu menggali potensi ilmu pengetahuan sang anak.
Minggu (22/7/2007) pagi sekitar pukul 07.30 wib, Ny. Maphilinda Syahrial, Ketua Umum TP PKK Provinsi Sumsel bersama Gubernur Sumsel, Ir. Syahrial Oesman menyaksikan langsung kegiatan lomba TTS di halaman depan Griya Agung. Namun, Maphilinda yang saat itu mengenakan kostum olahraga warna hitam berpadu kaos putih terlihat begitu akrab dengan peserta lomba TTS. Terpantau, ada 63 kelompok peserta yang ikut ambil bagian lomba mengisi TTS. Setiap kelompok terdiri dari lima orang anak. Dengan waktu tiga jam, peserta lomba diberikan soal sebanyak 160 mendatar dan 163 menurun.
“Walaupun waktunya tiga jam, tapi saya yakin anak-anak sanggup menjawabnya selama dua jam. Jujur, sebetulnya lomba TTS ini bentuk dari kepedulian kita untuk menggali pengetahuan umum, minat baca dan wawasan sang anak. Dan jangan lupa, potensi intelektual anak didik Sumsel ini akan berkembang, kalau terus kita asah,”kata Maphilinda.
Ungkapan Maphilinda itu ternyata benar. Apalagi, untuk melatih ilmu keterampilan, keahlian seorang anak tidak semata didapat melalui lembaga sekolah. Hal itu bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya memberikan beragam pengetahuan umum kepada anak.
“Jadi selain di sekolah, sebetulnya pendidikan awal anak itu dimulai dari rumahnya. Di sinilah letak peranan orang tua yang sesungguhnya. Sejauh mana perhatian mereka ke anak. Pasti orang tualah yang tahu persis. Nah, jangan sampai anak nantinya curhat ke orang lain. Kalau sudah begitu, saya kuatir masa depan anak kita akan suram,”ujarnya.
Menyadari bahwa persoalan pendidikan anak itu bukan tanggung jawab orang tua semata. Makanya, TP PKK Provinsi merancang sebuah upaya yang intinya menggali pengetahuan anak lewat kegiatan lomba mengisi TTS. “Kita pilih kegiatan lomba TTS ini alasannya itu tadi. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak-anak. Satu lagi, dengan adanya kegiatan ini rasa persatuan, kekompakan sesama peserta akan terjalin. Saya sangat berharap acara lomba mengisi TTS ini dapat dijadikan bahan bagi TP PKK guna mengevaluasi tingkat kemampuan anak,”ujarnya.
Khusus untuk lomba mengisi TTS, panitia menyediakan hadiah tropi tetap, piagam dan bingkisan untuk juara satu sampai tiga. Selain itu peserta juga mendapat uang pembinaan dari panitia sebesar Rp 50.000.
“Bahkan, selama peserta lomba, mereka kita beri susu, roti dan makanan ringan lainnya. Biar mereka lebih semangat,”katanya.
Masih dalam serangkaian peringatan HAN 2007, TP PKK Provinsi juga mengadakan pelbagai kegiatan yang melibatkan kalangan anak-anak. Seperti, mengumpulkan seluruh anak jalanan se Kota Palembang, lomba Pop Song tingkat SMP dan SMA serta acara karnaval anak-anak.
“Semoga lewat moment HAN ini dapat membahagian anak-anak di sekitar kita. Paling tidak melalui peringatan HAN itu, kita dapat berbagi kecerian untuk anak-anak,”kata Maphilinda.
Rustisilawati, Guru SD No. 165 Kecamatan Gandus mengaku kegiatan lomba isi TTS tingkat SD sangat baik untuk memacu tingkat daya nalar anak. Sebab, hampir sebagian besar anak didik SD menimba ilmu pengetahuan saat berada di sekolah. Sedangkan pengetahuan umum serta pelajaran mengolah daya pikir tergolong masih minim. “ Lomba TTS ini bagus sekali untuk melatih otak anak. Saya kira bukan hanya pengetahuan yang dituntut oleh setiap peserta tapi kekompakan. Misalnya, satu soal itu jawabannya ada lima. Makanya, dua hari sebelum lomba TTS ini saya pesankan ke anak-anak jagalah kebersamaan. Itu yang penting,”katanya.
Namun, sebagai seorang guru, Rustisilawati sangat berharap agar kegiatan lomba TTS ini tidak hanya diselenggarakan setahun sekali. Sebab, makin sering perlombaan diadakan tentunya akan dapat memacu motivasi semangat para anak-anak.
“Ya, harapan saya ke ibu Maphilinda kalau bisa lomba TTS ini tiap bulan. Barangkali seluruh guru-guru pun berpendapat sama dengan saya. Saya kira dampaknya ke anak-anak jauh akan bagus. Melalui TTS, mereka akan mengetahui perkembangan pengetahuan umum,”ujarnya.
Guru berjilbab ini mengatakan, dalam mengikuti lomba mengisi TTS memang tidak banyak persiapan yang dilakukan. Namun, anak-anak yang diutus merupakan pelajar yang terbaik di kelasnya. “Anak yang kita kirim untuk lomba ini juar kelas. Mudah-mudahan mereka masuk lima besar,”katanya.
Saat lomba isi TTS digelar, sejumlah peserta terlihat antusias menjawab soal yang disajikan panitia. Berbagai tingkah laku anak pun mewarnai suasana lomba. Sebagian anak ada yang serius duduk bersila sambil memikirkan jawaban soal TTS. Uniknya lagi ada pula yang sambil tidur-tiduran menjawab soal.
“Bu, di mana buang air kecil? Saya mau pipis,”teriak salah seorang peserta.
Pelajar SD Muhammadiyah, Anisah bersama empat teman lainnya merasa gembira dengan adanya lomba TTS. Apalagi, acaranya dihadiri langsung oleh Gubernur Sumsel, Ir. Syahrial Oesman. “Pokoknya asyik deh. Pak Gubernur itu, orangnya baik. Saya pinginnya lomba TTS jangan sekali ini saja,”ujarnya.
Komentar lainnya datang dari Indria, Felix Ricard, Imam dan Misel pelajar Yayasan SD Indriasana. Menurut mereka, untuk jawaban soal TTS susah-susah gampang. “Jawabannya ada yang mudah yang sulit. Kebanyakan soalnya, berbentuk pengetahuan umum. Tapi, kami yakin semua soal akan terjawab,”kata Imam. (*)

Kualitas Pendidikan Tentukan Masa Depan Bangsa







Kualitas Pendidikan Tentukan Masa Depan Bangsa
MASA depan bangsa sangat ditentukan oleh kualitas hidup manusia dan lingkungannya. Untuk mencapainya, keberhasilan pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) menjadi penentunya.
“Jadi, dengan kata lain, pembangunan mengedepankan pembangunan manusia sekitarnya, atau mementingkan kesejahteraan, kebahagiaan, dan kemandirian manusia yang berkualitas, baik secara individual maupun berkelompok dan berorganisasi,” kata Gubernur Sumsel, Ir. Syahrial Oesman, M.M., dalam sambutannya ketika meresmikan Ruang Kegiatan Belajar Yayasan Pendidikan Karya Ibu Binaan Dharma Wanita Persatuan Provinsi Sumatera Selatan, di Jl. Sosial Km 5, Palembang, Senin (27/8).
Usai peresmian, para siswa SD, SMP, dan SMA YP Karya Ibu –yang berada dalam satu kompleks—berkesempatan untuk berakrab-akrab dengan pemimpin mereka. Penuh antusiasme, para siswa ini juga menyanyi bersama Syahrial dengan tembang Ku tak Bisa milik Slank dan Akhirnya Aku Menemukanmu milik Naff. Gubernur yang juga “musikus” ini kemudian memberikan mikrofon kepada penyanyi lain, lalu mengambil alih posisi penabuh drum. Jadilah Syahrial sebagai drummer tamu Band Bank Sumsel.
Aksi mantan Bupati OKU ini pun menarik perhatian banyak siswa, yang langsung mengarahkan ponsel berkamera. Mereka seolah berebut mengabadikan momen bersejarah di sekolah mereka itu.
Pernyataan Syahrial mengenai pentingnya kualitas pendidikan, telah dibuktikannya lewat perhatian serius pada sektor ini. Apabila ada pemeo yang berbunyi “Pendidikan itu mahal”, Syahrial menyiasatinya lewat anggaran pendidikan yang juga tinggi. Lewat APBD Provinsi Sumsel 2007, Pemprov Sumsel mengalokasikan dana sebesar Rp 280 miliar, yang berarti besarannya mencapai 20 persen dari anggaran, sesuai amanat Undang-undang Dasar (UUD) 1945.
Di samping itu, salah satu syarat bagi guru di Indonesia adalah sertifikasi. Karena selama ini sertifikasi di wilayah Sumatera baru dilakukan di Universitas Sumatera Utara (USU), Syahrial –sebagai Gubernur Sumsel—memerjuangkan agar universitas di Sumsel juga diberi wewenang untuk melakukan program itu. Hasilnya, Depdiknas RI menetapkan tiga perguruan tinggi di daerah ini, yaitu Unsri, Universitas PGRI, dan Universitas Lubuklinggau—sebagai penyelenggara sertifikasi guru.
Berpedoman kepada UU Nomor 20 Tahun 2005 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Pemprov Sumsel akan memberikan bantuan sebesar Rp 10 miliar untuk 300 yayasan pendidikan swasta di Sumsel pada tahun 2008. Di samping itu, bantuan juga diberikan untuk tenaga Guru tidak Tetap (GTT) sebesar Rp 200.000/orang/bulan.
Apabila dilihat dari pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMA/SMK, maka Sumsel baru mampu mencapai 60,73 persen, APK tingkat SMP/MTS (86,56 persen), dan SD/MI (100 persen).
“Tapi saya yakin, bagaimanapun kondisinya saat ini, yang terpenting adalah beban orangtua murid diringankan, guru-guru diberi insentif, pembangunan sarana prasarana kita benahi. Kalau saja ketiga unsur itu telah dilakukan, saya optimis 2009, mutu pendidikan anak didik di Sumsel akan jauh lebih baik,” kata Syahrial, pada suatu kesempatan. (*)

Membangun Kualitas Guru





Membangun Kualitas Guru
KEPEDULIAN Gubernur Sumsel, Ir. Syahrial Oesman, M.M., terhadap pembangunan pendidikan di Sumsel tidak hanya tampak dari dukungan bantuan kepada anak didik. Sesuai Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005, Dinas Pendidikan Nasional Sumsel telah melakukan program peningkatan kualifikasi strata satu dan diploma empat.
Terhitung 2007, sekitar 10.000 guru diberi bantuan dana kuliah yang besarnya Rp 2 juta per tahun. Pada tahun 2008, jumlah guru yang mendapat subsidi dana pendidikan sebanyak 20.000 orang.
Data di Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumsel, kuota program kualifikasi guru per Kabupaten/Kota untuk PNS sebanyak 3.489 orang, non-PNS sebanyak 701 orang. Di samping itu, jumlah guru yang mengikuti program kualifikasi di Universitas Terbuka (UT) sebanyak 4.677 orang. Program kualifikasi tidak hanya berlaku di UT, tetapi dapat diperoleh di Perguruan Tinggi yang memiliki program kependidikan. Seperti FKIP Unsri, UMP, Universitas PGRI Palembang, Universitas Baturaja, STKIP PGRI Lubuklinggau, STKIP Setia Praja Nusantara Lahat, dan STKIP Pagaralam.
“Sementara ini, untuk guru program D II PGSD, sebanyak 2.250 orang, kualifikasi S1 PGSD sekitar 2.000 orang, Pascasarjana S2 sebanyak 78 orang, serta program kualifikasi S1 guru SMP/MTs sebanyak 704 orang,” kata Kepala Sub Bagian Program Diknas Sumsel, Drs. Sumardi Loes.
Pemberian subsidi peningkatan kualifikasi guru ini bertujuan mendorong tenaga guru untuk ikut meningkatkan kualifikasinya ke S1/DIV. Diharapkan, lewat program ini, mutu pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan akan lebih baik.
“Atas kebijakan Gubernur Syahrial Oesman, Pemprov Sumsel berhasil menjalin kerjasama dengan berbagai universitas, antara lain Universitas Sriwijaya dengan membuka program D3 Teknik Komputer Jaringan. Selain itu, Pemprov Sumsel berencana membuka Politeknik Energi di BLPT dengan merekrut siswa SMK terbaik di Sumsel sebanyak tiga puluh orang,” kata Sekda Pemprov Sumsel, Drs. H. Musryrif Suwardi, M.M.
Adapun sasaran program subsidi peningkatan kualifikasi S1/DIV pada periode 2007, sebanyak 4.677 orang setiap Kabupaten/Kota. Sementara sumber dananya berasal dari APBN tahun 2007.
“Perlu diketahui, tahun 2007, ada sekitar 10.000 guru ikut progran kualifikasi guru. Mereka kita beri bantuan Rp 2 juta per tahun. Nah, nanti tahun 2008, jumlahnya meningkat 20.000,” katanya. (*)

Pendidikan bagi Rakyat Miskin





Pendidikan bagi Rakyat Miskin
PEMBANGUNAN karakter manusia yang kukuh dan andal diawali oleh pendidikan. Karenanya, pembangunan non-fisik (intangible) di Provinsi Sumsel berorientasi kepada pendidikan yang berkualitas. Sebagai peunjang, Pemprov Sumsel mengalokasikan dana pendidikan di APBD 2007 sebesar Rp 280 miliar, sesuai dengan amanat Undang-undang (UU).

Sekda Pemprov Sumsel, H. Musyrif Suwardi, M.M., mengatakan bahwa sistem pendidikan di Sumsel itu pada akhirnya tetap akan diarahkan untuk peningkatan mutu peserta didik. Namun begitu, Pemprov Sumsel terlebih dahulu harus memerkuat berbagai kebutuhan di lini pendidikan. Antara lain, dalam bentuk pemberian bantuan bagi anak didik melalui dana Bantuan Operasional Siswa (BOS), bantuan terhadap keluarga miskin, serta perbaikan infrastruktur sekolah.
“Untuk meringankan beban orangtua murid, ada sekitar 12.073 siswa dari keluarga miskin yang sudah kita bantu. Tingkat SMA/SMK sebesar Rp 65.000/siswa/bulan, tingkat SMP/MTs sebesar Rp 34.500/siswa/bulan, dan untuk murid SD-MI, sebesar Rp 12.500/siswa/bulan. Selain itu, kita juga telah merehabilitasi gedung sekolah. Yang sudah selesai, di tiga kota seperti Pagaralam, Prabumulih, dan Lubuklinggau,” kata Musyrif, didampingi Kepala Dinas Pendidikan Nasional Sumsel, Drs. H. Dwi Priyono, M.Ed.
Dalam program pendidikan yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat bawah, lanjut Musyrif, ada beberapa hal yang harus segera diprioritaskan. Yaitu, pembangunan pendidikan dengan pemerataan dan perluasan akses serta melakukan peningkatan mutu pendidikan yang relevan terhadap daya saing.
“Saya kira, muara dari pendidikan di Sumsel ini ke sana. Dan, satu hal yang perlu dicacat, bahwa pola peningkatan mutu pendidikan itu dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan anak didik. Misalnya, untuk kebutuhan peralatan sekolah, biaya SPP. Saya berani katakan, langkah Pak Syahrial Oesman untuk menganggarkan bantuan Rp 65 ribu/siswa/bulan itu luar biasa. Dulunya, siswa bayar uang BP3 berapa besarnya. Paling, tidak sampai segitu,” ujarnya.

Siswa dan Guru
Musyrif mengatakan bahwa dengan pedoman UU Nomor 20 Tahun 2005 Tentang Pendidikan Nasional, maka Pemprov Sumsel akan memberikan bantuan sebesar Rp 10 miliar untuk 300 yayasan pendidikan swasta di Sumsel pada tahun 2008. Di samping itu, bantuan juga diberikan untuk tenaga Guru tidak Tetap (GTT) sebesar Rp 200.000/orang/bulan.
“Kita berharap, lewat bantuan tersebut, orangtua murid tidak lagi dibebani oleh pihak sekolah. Sehingga, mutu pendidikan akan dapat dicapai,” katanya.
Menurutnya, jika dilihat dari pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMA/SMK, maka Sumsel baru mampu mencapai 60,73 persen, APK tingkat SMP/MTS sebesar 86,56 persen, dan SD/MI mencapai seratus persen.
“Tapi saya yakin, bagaimanapun kondisinya saat ini, yang terpenting adalah beban orangtua murid diringankan, guru-guru diberi insentif, pembangunan sarana prasarana kita benahi. Kalau saja ketiga unsur itu telah dilakukan, saya optimis 2009 mutu pendidikan anak didik di Sumsel akan jauh lebih baik,” kata Musyrif.
Gubernur Sumsel, Ir. Syahrial Oesman, M.M., mengatakan bahwa Pemprov Sumsel telah mengganggarkan dana sebanyak Rp 120 miliar untuk membantu 250 ribu siswa SMA/SMK/MA. Masing-masing siswa mendapat bantuan sebesar Rp 300.000/tahun. Ini dilakukan untuk meringankan beban orangtua siswa. Bantuan serupa juga diberikan untuk pembelian peralatan sekolah bagi siswa SD/MI dan SMP/MTs, dengan total dana senilai Rp 65 miliar.
“Dana tersebut langsung kita berikan kepada anak dalam bentuk tabungan pelajar,” katanya.
Sementara untuk program rehabilitasi gedung sekolah, Pemprov Sumsel telah menganggarkan dana sebesar Rp 800 miliar. “Dananya akan kita serahkan langsung ke Kabupaten/Kota se-Sumsel. Sedangkan Provinsi, bertugas mengontrol pelaksanaannya,” katanya.
Hal penting lain yang menjadi skala prioritas Syahrial, adalah program sertifikasi guru, seperti yang diamanatkan UU. Karena saat ini program sertifikasi untuk wilayah Sumatera ada di Medan, Sumatera Utara, Syahrial juga sudah memerjuangkan agar program serupa juga dapat dilaksanakan di Universitas Sriwijaya (Unsri).
Untuk jangka pendek, lewat Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumsel, juga dilakukan peningkatan kemampuan guru lewat lokakarya, sarasehan, atau workshop. Antara lain, Workshop Guru IPS/Sejarah/PPKN/Antropologi untuk guru, mulai tingkat SD hingga SMA. Kegiatan ini, telah dimulai Senin (6/8), diawali guru SD. (*)

Jumat, 13 Juni 2008

Sriwijaya FC dan Perubahan






Sriwijaya FC dan Perubahan
“SEPAKBOLA dapat mendorong sebuah revolusi,” begitu kira-kira pemimpin revolusi terkenal dari Amerika Latin, Che Geuvara, berujar.
Pernyataan itu seakan menandakan sepakbola begitu kuat pengaruhnya terhadap masyarakat. Artinya pula, sepakbola itu mampu menggerakkan sebuah masyarakat untuk melakukan perubahan, atau dalam bahasa Che sebuah revolusi.
Mungkin lantaran pernyataannya itu, wajah Che selalu muncul di lapangan sepakbola. Baik di bagian depan kaos para sporter, maupun di baleho dan bendera yang berkibar sepanjang pertandingan sepakbola.
Che memiliki dasar historisnya dalam mengungkapkan hal tersebut. Alasan itu pula yang terus berkembang hingga hari ini.

PADA dasawarsa 20 tahun terakhir, tepatnya di penghujung abad 20 dan awal abad 21, sepakbola memiliki peranan penting dalam perjalanan kebudayaan dunia. Pemain, pelatih, maupun pemilik, merasakan dampak positif dari sepakbola. Bahkan, sepakbola juga memengaruhi eksistensi sebuah negara dalam pergaulan international. Tidak heran, bila banyak pemikir dunia meletakkan sepakbola sebagai ideologi baru, yang mampu menyatukan berbagai etnis maupun bangsa, bersama latar belakang sosialnya.
Negara-negara yang sudah merasakan dampak politik dan ekonomi dari sepakbola, selain negara-negara di Eropa, seperti Jerman, Inggris, Italia, Spanyol, atau Prancis, juga negara-negara miskin di Afrika maupun Amerika Latin. Menjadi pemain sepakbola professional, merupakan peluang yang realitis bagi anak-anak Afrika atau Amerika Latin yang miskin buat memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya. Sementara pemerintah, memanfaatkannya buat mempromosikan sumber daya atau kekayaan negaranya buat menarik wisatawan maupun investor.
Mungkin kita tidak akan tahu keberadaan negara seperti Pantai Gading atau Ghana, bila kita tidak mengenal pemain seperti Didier Drogba atau Michel Essien.
Di Eropa, seorang politikus atau pebisnis yang memiliki kedekatan dengan sebuah klub sepakbola yang prestasinya menonjol, baik sebagai pemilik maupun pendukung, lebih gampang melejitkan karier politik atau bisnisnya.

DULU, hingga pertengahan abad 19, di Inggris—sebagai negara yang kali pertama mempopulerkan sepakbola—raja atau ratunya, melarang olahraga tersebut. Mereka menilai sepakbola sebagai olahraga yang dekat dengan syetan. Bahkan, sebelumnya bila ada rakyat atau warga Inggris yang tertangkap tengah bermain sepakbola mereka akan dihukum kurungan hingga hukuman mati.
Tetapi, magnit sepakbola begitu besar. Larangan dari kerajaan itu kalah dari kehendak rakyat. Olahraga ini kemudian secara cepat berkembang menjadi olahraga rakyat. Bahkan, olahraga ini turut mendorong revolusi industri di Inggris. Stadion sepakbola menjadi semacam wilayah ritual para buruh, guna mendapatkan kembali energi maupun ketenangan sebelum kembali bekerja, seperti di pertambangan atau perkapalan.
Olahraga ini juga turut berkembang di negara-negara yang mengalami proses revolusi industri lainnya, seperti Jerman, Belanda, Prancis, dan Italia. Dalam hitungan tahun, sepakbola berkembang menjadi sangat modern. Artinya, baik aturan permainan, perangkat permainan, pengelola, menjadi professional. Bahkan, dalam hitungan tahun pula, olahraga ini berkembang di Asia, Afrika, Amerika, yang diperkenalkan bangsa-bangsa Eropa yang tengah menjajah atau berbisnis. Di awal abad ke-20, sepakbola menjadi olahraga pertama yang menggelar piala dunia, atau mempertemukan tim sepakbola dari berbagai negara di dunia, guna menjadi tim yang terbaik.
Sejak itu pula, sepakbola menjadi identitas dari sebuah keluarga, kampung, bangsa, maupun negara. Dapat dikatakan, suksesnya sebuah tim sepakbola dapat disejajarkan dengan keberhasilan suatu kelompok masyarakat atau bangsa yang melahirkannya. Tidak heran, Honduras dan El-Salvador berperang, setelah terjadi keributan antarsporter di stadion sepakbola ketika mengikuti babak penyisihan Piala Dunia 1970.

DI Asia sepakbola menjadi olahraga paling populer. Indonesia, sempat menjadi kekuatan sepakbola di benua yang mayoritas ber-ras Mongolid ini. Saat babak penyisihan Olimpiade, awal tahun 1960-an, tim nasional Indonesia mampu menahan tim kuat Eropa, Uni Soviet, 0-0. Ramang dan Sailan, disebut-sebut sebagai pemain yang sangat menonjol saat itu.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, Indonesia yang sebelumnya mampu menghempaskan Jepang, Korea, Arab Saudi, akhirnya tak berkutit dengan tim nasional dari negara-negara tersebut, yang kemudian menjadi langganan Piala Dunia. Bahkan, Indonesia cukup sulit mengalahkan tim nasional sekelas Vietnam, Thailand, maupun Malaysia.
Di tengah prestasi sepakbola nasional yang anjlok itu, di Indonesia pupolaritas sepakbola justru naik dibandingkan olahraga lainnya. Globalisasi siaran liga sepakbola yang digelar negara-negara di Eropa, seperti Jerman, Italia, Spanyol, Inggris, membuat para pemain sepakbola, dari era Klismann, Platini, Bechkam, Ronaldo, Kaka, hingga Ronney, mendapatkan fans-nya di Indonesia.
Banyak orang bermimpi Indonesia memiliki tim nasional yang tangguh, dan dapat berbicara di tingkat international. Liga sepakbola pun disemarakkan, termasuk berbagai turnamen, yang melibatkan banyak klub di Indonesia. Agar dapat merangsang kemampuan para pemain nasional, didatangkan para pemain asing, yang kualitasnya di atas rata-rata pemain Indonesia.
Di tengah euphoria sepakbola ini, sangatlah wajar apabila sejumlah pemerintah daerah menciptakan sebuah tim sepakbola. Harapan mereka, tentunya tim-tim tersebut dapat merangsang prestasi tim nasional, selain itu tentunya dapat memberikan kebanggaan bagi masyarakatnya, sehingga lahir semangat berjuang untuk mendorong pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia.
Pemerintah Sumatra Selatan di bawah kepemimpinan Syahrial Oesman, sangat peduli dengan persoalan ini. Tahun 2004, Syahrial Oesman, mengakusisi sebuah klub yang prestasinya menurun di Liga Indonesia dan mengalami krisis keuangan, yakni Persijatim Solo. Tahun 2005 dan 2006, klub ini berubah nama menjadi Sriwijaya FC, dan mengikuti Liga Indonesia dengan prestasi cukup menjanjikan, yakni masuk 10 besar. Lalu, memasuki tahun ketiga, 2007, Sriwijaya FC langsung melejit, yakni meraih juara Piala Copa Dji Sam Soe dan Liga Indonesia. Sebuah prestasi yang belum pernah diraih semua tim yang ada di Indonesia!
Prestasi Sriwijaya FC ini, juga merupakan prestasi yang kali pertama dirasakan masyarakat Sumatra Selatan dalam olahraga sepakbola. Sebelumnya di Palembang pernah bercongkol klub Kramayudha Tiga Berlian. Tapi, prestasinya tidak sehebat yang diraih Sriwijaya FC.
“Ini merupakan berkah yang tak terhingga dari Tuhan buat masyarakat Sumatra Selatan,” kata Syahrial Oesman.
Selanjutnya, Syahrial berharap prestasi Sriwijaya FC ini mendongkrak prestasi para pemain nasional, termasuk dari Sumatra Selatan, yang kini dalam tahap pembinaan. “Menciptakan pemain yang baik atau bermutu itu tidak gampang. Membutuhkan proses. Prestasi Sriwijaya FC ini salah satu cara mendongkrak semangat para pemuda di Sumatra Selatan buat berkarier di sepakbola,” katanya.
Seperti yang diungkapkan di atas, dampak positif dari prestasi Sriwijaya FC, nama Sumatra Selatan kian berkibar di Indonesia, maupun di international. Jadi, tidak heran, sebagian orang berpendapat, masyarakat Sumatra Selatan akan mengalami perubahan atau revolusi menjadi masyarakat yang lebih maju dan makmur dengan adanya prestasi Sriwijaya FC tersebut.
“Saya harap Syahrial Oesman mampu memanfaatkan prestasi Sriwijaya FC ini menjadi sesuatu yang berguna dalam mendorong masyarakat Sumatra Selatan menjadi lebih baik, terutama terkait dengan program Lumbung Energi Nasional,” kata budayawan Palembang Djohan Hanafiah.
Menurut Djohan, keberhasilan Sriwijaya FC menyandingkan dua piala bergengsi itu, benar-benar menyentak masyarakat Sumatra Selatan. Dari anak-anak hingga orangtua, baik di pinggir jalan maupun di kamar hotel, semua membicarakan Sriwijaya FC. Prestasi ini menimbun cerita mengenai meninggalnya Soeharto. “Kalau boleh disamakan, keberhasilan Sriwijaya FC, seperti masyarakat menerima kabar Soeharto mundur sebagai presiden Indonesia pada tahun 1998 lalu,” kata Djohan.
Memang, ada beberapa dampak yang dirasakan masyarakat dan pemerintah Sumatra Selatan atas keberadaan Sriwijaya FC.
Pertama, penilaian bahwa masyarakat Sumatra Selatan berwatak keras, suka dengan kekerasan, dan cenderung tidak fairness, ternyata tidak terbukti. Sampai saat ini, sporter atau pendukung Sriwijaya FC, dikenal sopan dan tertib. Menang atau kalah, mereka tetap menjaga ketertiban di dalam maupun di luar stadion. Bahkan, mereka pun dengan senang hati membeli tiket, bukan berebut atau mendorong pintu stadion agar dapat menonton secara gratis.
Kedua, meskipun menghadapi sedikit kendala keuangan, ternyata dukungan pemerintah maupun masyarakat Sumatra Selatan terhadap Sriwijaya FC, jauh lebih baik dibandingkan nasibnya dengan klub-klub lain di Indonesia. Bahkan, kebetulan atau tidak, empat klub yang masuk ke semi final Piala Copa, merupakan klub yang kondisi keuangannya cukup baik, seperti Persija Jakarta, Persipura, Pelita Jaya, dan Sriwijaya FC.
Ketiga, Sriwijaya FC mampu menjadi media komunikasi yang efektif antara penyelenggara negara dengan masyarakat. Mungkin, kita akan sulit menemukan adegan Syahrial Oesman berlari bersama seorang penarik becak yang menjadi sporter sepakbola, sambil memegang sebuah bendera, bila tidak ada Sriwijaya FC. Atau, tampak segan-segan para pejabat negara dengan rakyat berpelukan dan bersalaman seusai Sriwijaya FC meraih kemenangan.
Keempat, meskipun belum ada pembuktian dalam sebuah penelitian, keberadaan Sriwijaya FC juga mendorong masyarakat Sumatra Selatan untuk senang berolahraga. Buktinya, sejak Sriwijaya FC memberikan kebanggaan, lapangan futsal tumbuh bak jamur di Sumatra Selatan, sehingga setiap malam ratusan warga Sumatra Selatan bermain sepakbola. Menjadi sehat. Di sisi lain, keinginan orang untuk masuk ke ruang-ruang negative, yang dapat mendorong bertindak salah, seperti narkoba, menjadi berkurang. Mereka yang keletihan sehabis bermain atau menonton sepakbola tentulah tidak tertarik untuk berpesta narkoba.
Dengan fakta ini juga, sangatlah wajar, sepakbola di Sumatra Selatan adalah Sriwijaya FC dan Syahrial Oesman. Dua identitas ini, mampu menempatkan sepakbola menjadi simbol kebersamaan dan pembentuk masyarakat Sumatra Selatan menuju yang lebih baik. [*]

Profil Pemain, Pelatih, Sriwijaya FC 2007

Penjaga Gawang
FERRY ROTINSULU, kelahiran Palu, 28 Desember 1982.
AFRIYANTO, kelahiran Padang, 1 Mei 1985.
DEDE SULAIMAN, kelahiran Jakarta, 3 Maret 1986.
Belakang
SYAFRUDDIN, kelahiran Medan, 8 November 1983.
AMBRIZAL, kelahiran Pekanbaru, 1 Februari 1981.
SLAMET RYADI, kelahiran Lampung, 19 November 1981.
FIRMANSYAH, kelahiran Bogor, 7 April 1980.
CHRISTIAN WAROBAY, kelahiran Papua, 12 Juli 1984.
DONNY FAHAMSYAH, kelahiran Bengkulu, 8 Juli 1984.
ISNAN ALI, kelahiran Makasar, 15 September 1979.
TONI SUCIPTO, kelahiran Surabaya, 12 Februari 1986.
OKTAVIANUS, kelahiran Padang, 1 Oktober 1981.
BENBEN BERLIAN, kelahiran Bogor, 4 Januari 1977.
SULAIMAN ALAMSYAH NASUTION, kelahiran Medan, 11 Juni 1981.
Tengah
VIJAY, kelahiran Medan, 29 Desember 1982.
CARLOS RENATO ELYAS, kelahiran Brasil, 23 Agustus 1972.
AMIRUL MUKMININ, kelahiran Palembang, 6 Agustus 1984.
ZAH RAHAN KRANGAR, kelahiran Liberia, 7 Maret 1985.
SEPTARIANTO, kelahiran Muaraenim, 1 September 1982.
DIAN FACHRUDDIN, kelahiran Tuban, 11 September 1982.
Depan
KIETH GEROME GUMBS [Kayamba], kelahiran Karibia, 11 September 1972.
CHRISTIAN LENGLOLO GEORGES, kelahiran Dovala, 8 Juni 1982.
KORINUS KELIOPAS FINGKREW, kelahiran Jayapura, 14 Februari 1983.
ANAORE OBIORA RICHARD, kelahiran Nigeria, 4 April 1986.
Pelatih
RAHMAD DARMAWAN, kelahiran Lampung, 28 November 1966.

Sriwijaya FC dan Berkah Angka 3






Sriwijaya FC dan Berkah Angka 3
KEBETULAN atau tidak, angka 3 merupakan angka keberuntungan bagi Sriwijaya FC. Dan, sebagian orang mengaitkan angka itu dengan keberkahan yang diberikan Tuhan YME kepada masyarakat Sumatra Selatan. Sebab Tuhan sangat suka dengan angka ganjil, seperti angka 3.
Memasuki usia 3 tahun atau 63 tahun berdirinya Republik Indonesia, Sriwijaya FC meraih Piala Copa Dji Sam Soe ke-3. Lalu, dipimpin gubernur Sumatra Selatan ke-13, yakni Syahrial Oesman, Sriwijaya FC meraih Piala Liga Indonesia ke-13. Syahrial Oesman sendiri, berumur 53 tahun.
Keberhasilan Sriwijaya FC meraih Piala Liga Indonesia dan Piala Copa Dji Sam Soe melahirkan 3 kejutan. Pertama, Sriwijaya FC merupakan klub pertama yang mampu menggabungkan dua piala bergengsi di Indonesia itu. Kedua, pelatih Rahmad Darmawan, merupakan pelatih pertama yang merasakan nikmatnya Piala Liga Indonesia dari klub yang berbeda, yakni Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC. Ketiga, Zah Rahan menjadi pemain asing pertama yang menerima penghargaan sebagai pemain terbaik Liga Indonesia.
Dan, saat mengikuti Liga Indonesia tahun 2005, di Sumatra Selatan masih terdiri 13 kabupaten dan kota. Lebih jauhnya, prestasi Sriwijaya FC menandai umur peradaban dunia yang memasuki milenia ke-3 atau 13 abad setelah kelahiran kerajaan Sriwijaya.
“Prestasi ini merupakan berkah dari Tuhan dengan memberikan tanda berupa angka 3, bisa jadi ini merupakan kebangkitan baru Sriwijaya di nusantara. Bedanya, bila dulu Sriwijaya bangkit dengan menggunakan armada perang, kini melalui sepakbola,” kata budayawan muda Erwan Suryanegara.
Bahkan, kata Erwan, kebangkitan Sriwijaya ini merupakan kebangkitan ke-3 masyarakat di sepanjang sungai Musi. Pertama, yakni kerajaan Sriwijaya yang menguasai nusantara dan Asia selama 5 abad. Kedua, pada abad pertengahan, Sriwijaya kembali bangkit melalui kerajaan Islam Palembang atau Kesultanan Palembang Darussalam.
“Ketiga, ya, saat ini. Agar semangat rakyat bersatu untuk membesarkan kebangkitan Sriwijaya, Tuhan memberikan tanda melalui prestasi Sriwijaya FC. Harapannya, semangat tersebut mampu mendorong program Sumsel Lumbung Energi Nasional, yang menjadi dasar kebangkitan,” kata Erwan.
Memang, guna mengembalikan kejayaan Sriwijaya, tidaklah gampang atau mudah. Diperlukan berbagai kekuatan yang berasal dari suku bangsa di nusantara maupun dunia.
“Sriwijaya dibangun bangsa Melayu, Tionghoa, India, dan etnis lainnya. Kesultanan Palembang Darussalam dibangun bangsa Melayu, Jawa, Arab, Tionghoa, India, serta suku bangsa lainnya. Sriwijaya FC juga seperti itu. Para pemainnya berasal dari suku bangsa di nusantara dan dunia,” kata Djohan Hanafiah.
Jadi, dalam sejarahnya, kebangkitan masyarakat Sumatra Selatan—baca Sumatra bagian Selatan—baik di era kerajaan Sriwijaya maupun Kesultanan Palembang Darussalam, selalu melibatkan tenaga, pikiran, dari berbagai suku bangsa di dunia.
“Kalau ada yang berpikir Sriwijaya FC itu tidak perlu dibanggakan karena sedikitnya pemain lokal, itu cara berpikir yang tidak benar. Itu ahistoris. Klub-klub di Inggris, Italia, atau Jerman, saja banyak mendatangkan pemain asing. Melahirkan pemain lokal yang berkualitas membutuhkan proses. Sriwijaya FC kan baru berumur 3 tahun. Beda, kalau Sriwijaya FC itu umurnya seperti PSMS Medan, Arema Malang, Persebaya, Persija, atau AC Milan,” kata Djohan.
Yang jelas, prestasi sebuah klub sepakbola itu segaris lurus dengan kondisi sosial-ekonomi sebuah masyarakat atau bangsa. “Membangun klub sepakbola yang tangguh itu membutuhkan banyak hal. Selain manejemen, keuangan, juga dukungan dari masyarakat. Prestasi Sriwijaya FC itu merupakan cermin dari masyarakat Sumatra Selatan,” kata Erwan.
Kini, tinggal bagaimana masyarakat dan pemerintah Sumatra Selatan menjaga semangat Sriwijaya FC untuk mewujudkan kejayaan Sriwijaya. [*]

Pelabuhan Samudera Tanjung Api-api






Menata Masa Depan di Pelabuhan Internasional
PERCEPATAN rencana Pembangunan Pelabuhan laut Tanjung Api‑api di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan terus bergulir sejak 2005 lalu. Dukungan suntikan dana pun dinilai tak main‑main. Kabarnya, Pemerintah Sumsel periode 2005‑2006 lalu menyiapkan dana dari pos APBN senilai Rp 6 milliar untuk merealisasikan pembangunan di Tanjung Api‑api seluas 600 Ha. Total dana yang akan dikucurkan untuk pekerjaan akses jalan menuju ke kawasan Pelabuhan Tanjung Api‑api cukup fantastis, berkisar Rp 378 miliar.

Lalu, apa kontribusi yang diharapkan nantinya? Hasil kajian studi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut oleh Louis Berger Internasional Intemasional Inc. 1995 lalu, Pelabuhan Tanjung Api‑Api mampu melayani tonase kapal dengan carrying capacity 3.000 TFEUS (Twenty Feet Equivalent Unit). Sedangkan kemampuan pelabuhan Boom Baru maupun Muara Sabak Provinsi Jambi hanya 500 TFEUS. Berkaca pada data itu, maka keberadaan Pelabuhan Laut Tanjung Api‑Api merupakan sebuah gerbang emas bagi dunia Internasional.
Selain mampu meningkatkan kapasitas angkutan untuk jenis kapal‑kapal bertonase besar, Pelabuhan Laut Tanjung Api‑Api itu sangat memungkinkan memperpendek alur jarak tempuh bagi armada laut. Bahkan sumber data yang ada memperlihatkan tujuan Tanjung Api‑Api ke Jakarta berjarak 266,67 mil/480 km. Tujuan Tanjung Api‑Api ke Singapura hanya menempuh 250 mil/450 km. Untuk ke Kuala Lumpur saja hanya butuh waktu tempuh selama 402,78 mil/725 km. Dalam Peta Rencana Lokasi Pelabuhan laut Tanjung Api‑Api telah disiapkan beberapa pembangunan. Antara lain pelabuhan/terminal general kargo mencapai 80 Ha, pelabuhan laut sekitar 91 Ha, pelabuhan penyebrangan sekitar 21 Ha, pelabuhan 1 stock pile batubara sekitar 80 Ha, pelabuhan peti kemas seluas 80 Ha, pelabuhan /terminal curah cair (CPOIBBM/Migas/Pupuk/semen) di atas lahan sekitar 85 Ha.
Tanjung Api‑Api dengan luas wilayah 97.196.825 kilometer persegi berdasarkan planning akan dibagi beberapa titik kawasan sesuai pemanfaatan lahan. Terdiri sub kawasan A memiliki luas lahan 13 ribu Ha diarahkan untuk pelabuhan laut, kawasan perindustrian dan lokasi penunjang lainnya. Sub kawasan B yang luasnya diperkirakan 9.324,35 Ha untuk kawasan penunjang produksi dan utilitas. Titik kawasan yang ketiga adalah sub kawasan C seluas empat ribu hektare berfungsi sebagai kawasan penunjang.
Direktur Utama Badan Pengelola dan Pengembangan Kawasan Tanjung Api‑Api Kabupaten Banyuasin, Sofyan Rebuin mengemukakan, sesuai rencana pembangunan kawasan pelabuhan Tanjung Api‑Api yang semula seluas 600 Ha, ternyata setelah dilakukan kembali perhitungan ulang dibutuhkan lahan mencapai 1.000 Ha (hanya 8,09%). Sementara untuk mengakomodir kawasan industri dan pergudangan berada di kawasan Hutan Lindung di Pantai Air Telang diperlukan lahan 12.360 Ha.
Saat ini jawab Sofyan, Provinsi Sumsel sedang mempersiapkan pembangunan akses transportasi menuju kawasan Tanjung Api‑Api sepanjang 68,8 kilometer dari Simpang Tanjung Api‑Api. Penyelesaiannya ditargetkan siap akhir 2007.
“Infrastruktur sudah ada, perencanaan sudah kita siapkan, pembangunan pelabuhaan sudah dibiayai oleh APBN, untuk CPO akan dibiayai asosiasi CPO. Tinggal peti kemasnya, akan kita cari partner Pelindo. Sekarang kita lagi menunggu tanda sah terima hutan lindungnya saja. Mudah-mudahan DPR akan ketuk palu dalam waktu dekat, "tulis Sofyan beberapa hari lalu.
Sebagaimana yang tertuang dalam laporan program Rencana Pembangunnan Pelabuhan Laut Tanjung Api‑Api ada beberapa tahap konstruksi yang akan dikerjakan. Adalah tahap konstruksi fasilitas laut berupa pelabuhan peyeberangan Tanjung Api‑Api. Dana yang dipakai untuk tahap ini bersumber dari APBN Dephub sejak periode 2004 s/d 2006. Hasil pekerjaan berbentuk trestle 120 meter dengan penyerapan dana sebesar Rp 11 miliar. Untuk peyelesaian fasilitas laut itu membutuhkan total anggaran Rp 39,72 miliar. Pada sumber dana yang sama juga dilakukan pembangunan pelabuhan laut Tanjung Api‑Api dengan penyerapan dana Rp 12 miliar. Total untuk penyelesaiannya menghabiskan uang Rp 43,44 miliar. Kemudian tahap konstruksi fasilitas darat. Sesuai dengan kesepakatan Dephub dan Pemerintah Provinsi Sumsel menggunakan dana APBN tahun 2006. Adapun APBD Provinsi Sumsel diperuntukkan pematangan lahan seluas 21 Ha serta konstruksi fasilitas darat
Perda No. 7 Tahun 2005 yang berisikan tentang pengembangan jalan menuju ke kawasan Tanjung Api‑Api akan dibuat dua jalur dan konstruki agregat. Aturan rencana pelabuhan Tanjung Api‑Api ini juga mengacu terhadap Surat Menhub RI PR /00212/ PHB 2006 tanggal 28 April 2006 yang menyarankan agar pembangunan jalan dengan satu jalur konstruksi aspal. Dalam surat menteri itu juga mengharapkan dukungan pihak Provinsi Sumsel untuk membangun jalan penghubung dari jalan poros ke areal pelabuhan penyeberangan dan pelabuhan laut. Perkiraan jarak antara jalan poros ke lokasi pelabuhan mencapai 5.000 m2. Namun jalan akses ini terletak di titik km 63+700 jalan utama.
Menyoal seputar kemajuan yang dicapai dari pekerjaan pembangunan pelabuhan laut Tanjung Api‑Api ini juga disampaikan langsung oleh H Moch Hatta Direktur Umum Badan Pengelola dan Pengembangan Kawasan Tanjung Api‑Api. Menurut Hatta, guna mendukung terciptanya Pelabuhan Laut Tanjung Api‑Api sebagai kawasan yang terpadu. Rencananya akan dibangun jalur rel Kereta Api sepanjang 75 kilometer dari arah Lubuk Linggau terus ke Martapura. Supaya hasil‑hasil produksi potensi SDA yang ada di daerah dapat tertampung maka disiapkan pula lokasi peti kemas.
Sekadar membalik cerita potensi SDA energi yang tersimpan di Provinsi Sumsel. Ternyata untuk batubara mampu mengeluarkan produksi 9,5 juta ton (9,3% produksi nasional), Gas Bumi memiliki produksi 0,29 Trilium Standard Cubic Feet (9% produksi nasional), Minyak Bumi menghasilkan produksi 22,93 Metric Stock Tank Barrel. Sedangkan produksi pertanian Provinsi Sumsel tahun 2005 tercatat produksi Beras 1,46 juta ton target 2009 sekitar 2 juta ton, Jagung sebanyak 75 ribu ton target 2009 sebesar 200 ribu ton, Karet sebanyak 688,4 ribu ton ditargetkan 2009 mencapai 800 ribu ton, CP0/Kemel sebesar 1,53 juta ton target 2009 sekitar 1,8 juta ton, Kopi sebanyak 145,4 ribu ton ditargetkan 2009 150 ribu t9R Kopra dengan produksi 71,2 ribu ton target 2009 80 ribu ton, produksi Kayu Pulp 2,27 juta m3 ditargetkan 2009 10,3 juta m& Produksi ternak Sapi pada tahun yang sama memiliki populasi 448,45 ribu ekor target 2009 mencapai 623.740 ekor, produksi Udang 25,3 ribu ton ditargetkan 2009 sebesar 35 ribu ton dan ikan budidaya hanya 30,5 ribu ton diharapkan target 2009 menjadi 56 ribu ton.
"Peti kemas itu fungsinya salah satunya adalah untuk menampung seluruh hasil alam yang ada. Bahkan kita sudah ekspos bagaimana master plant Pelabuhan Laut Tanjung Api‑Api ini di Gedung Buana Bakti ekpos soal master plan dan Tanjung Api‑Api. Jika tidak ada halangan tim terpadu akan melihat langsung lokasi bulan ini (Mei 2007),"cerita Hatta.
Informasi data volume ekspor non migas batubara Provinsi Sumsel mengunakan Pelabuhan Boom Baru menyebutkan untuk total volume non migas ( karet, CPO, Pulp, Kopi, kayu lapis, Sapi, Udang, lain‑lain (produksi tanaman pangan) tahun 2004 sebesar 1.812.451 ton dengan nilai USD 1.128.170.000 Sedangkan komoditas batubara melalui pelabuhan Boom Baru hanya menghasilkan volume 685.083 (melalui stasiun Kertapati) dengan nilai USD 23.257.000. Volume ekspor batubara ini akan ditargetkan selama 2009 menjadi 20.000.000 ton dengan nilai USD 678.967.000. Target kita 2009 dengan mengoperasionalkan Pelabuhan Tanjung Api‑Api adalah untuk komoditas nonmigas 6.286.000 ton dengan perolehan nilai sebesar USD 3.252.232.000. Kalau 2004 lalu volume ekspor nonmigas dan batubara hanya 2.497.534 ton maka 2009 nanti angkanya mecapai 26.286.000 ton dengan perolehan nilai USD 3.931.199.000,"katanya.
Masih menurut Hatta, dari permohonan awal rencana pengembangan Tanjung Api‑Api memiliki luas 1.000 Ha. Namun setelah diajukan, Menteri Kehutanan menyetujui 600 Ha.
"Jadi Pak Menteri minta kita ekspos. Detailnya dalam bentuk master plan. Untuk tambang, ada pelabuhan ferinya. Dan beliau minta untuk pembangunan itu harus berwawasan lingkungan. Jadi modelnya tidak menggundulkan hutan. Biota‑biota lautnya tetap terjaga. Jadi menurut versi Departemen Kehutanan mungkin kalau jadi kawasan ini menjadi percontohan yang pertama di dunia internasional," Hatta menjelaskan.
Tentang sosialisasi pembangunan Tanjung Api‑Api selama ini, Hatta mengakui sosialisasi terus diupayakan semaksimal mungkin. Justru beberapa investor dalam maupun luar sudah ada yang berminat. Mereka lebih cenderung terlebih dahulu mengkaji dan melihat aturan perizinan yang diberlakukan.
"Banyak yang berkeinginan. Kita siap untuk menerima mereka," ujar Hatta.

Alih Fungsi Pelabuhan Boombaru
Sebagai kawasan pelabuhan bertaraf internasional, sudah barang tentu efek nyata yang akan dirasakan oleh Provinsi Sumsel nantinya adalah mampu menjadi faktor penarik, pendorong serta penunjang sektor ikutan di kawasan Belajasumba.
"Nanti kalau pelabuhan ini sudah operasional, kan ada pelabuhan feri. Kalau bisa selama ini pelabuhan feri yang ada di Boombaru butuh waktu enam jam maka melalui Tanjung Api‑Api jarak tempuh jauh lebih pendek,"beber Hatta.
Minimnya dukungan Pelabuhan Boom Baru terhadap pencapaian nilai volume maupun besaran rupiah yang diperoleh lebih disebabkan karena kawasan Boom Baru tidak dimungkinkan lagi untuk dimekarkan. Apalagi di sana terdapat perumahan padat penduduk. Belum lagi adanya intensitas lalu lintas yang semakin padat dan alur sungai semakin menyempit dan dangkal. Alasan lainnya seperti jarak ke ambang luar/muara relatif jauh, sekitar 60 mil setara 108 kilometer. Kedalaman air sangat tergantung dengan pasang surut air, hanya dapat dilayari selama enam jam per hari. Itupun ketika pasang naik hanya dapat dilalui kapal yang berkedalaman di bawah 7 meter dan kapasitas di bawah 10.000 Gross Tonase.
Dukungan penuh terhadap pengembangan Tanjung Api‑Api menjadi kawasan Pelabuhan bertaraf Internasional juga disambut baik oleh beberapa lembaga. Antara lain datang dari PT Pusri. Tanggal 26 Januari 2006 Ialu Direksi PT Pusri memaparkan di Pemerintahan Provinsi Sumsel tentang pegembangan pabrik ke kawasan Tanjung Api‑Api. PT. Pusri bahkan meminta disiapkan lahan untuk pabrik di sekitar lokasi pelabuhan. Permintaan lainnya dibangun tie interconnection gas oleh PGN mengarah ke kawasan industri.
PT. PGN juga sudah menyatakan siap berkomitmen membangun pipa transmisi gas dari Palembang ke Tanjung Api‑Api. Tanda keseriusan PGN ditindaklanjuti ketika pada 24 November 2005 lalu PGN menyampaikan komitmennya kepada Menteri ESDM saat peletakan batu pertama Pusat Pengumpul dan Penyalur gas di Pagar Dewa.
Selain itu juga ada PT BA yang siap mendukung pembangunan stock pile batubara di kawasan Tanjung Api‑Api. PT Pertamina menyatakan kesediaannya membangun kilang minyak. Dukungan juga diberikan Gabungan Perusahaan Perkebunan Sumatera Selatan (GPPSS) yang berkomitmen siap membangun dermaga CPO. Selanjutnya dukungan PT Pelindo 11 Cabang Palembang, Gapkindo dan Polda Sumsel. Dukungan Polda ini sesuai dengan surat Kapolda Sumsel 13 Juni 2006 No B/2048NI/2006/Rorenbang, perihal fasilitas POLRI dalam penyusunan Master Plan pelabuhan laut Tanjung Api‑Api.

Teknologi untuk Rakyat, Menata Kemakmuran
Badan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan (BPMP) Sumsel bersama Dewan Riset Daerah (DRD) Sumsel mengadakan pameran Teknologi Tepat Guna (TTG). Pameran tersebut dimulai 27 hingga 30 Juli 2007 bertempat di Lapangan Parkir Stadion Bumi Sriwijaya. Salah satu tujuan TTG yang digelar dengan tema “Implementasi Energi Alternatif dan Teknologi Hasil Pertanian dalam Menghasilkan Kemakmuran di Sumsel Berbasis Sumber Daya Alam” adalah upaya memakmurkan rakyat.
Pameran yang menampilkan pelbagai produk teknologi yang terdapat di 12 Kabupetan/Kota se-Sumatera Selatan ini juga menyajikan ragam peralatan pertanian berbasis teknologi yang digagas mahasiswa Universitas Bina Darma, Universitas Muhammadiyah Palembang, Universitas Tridinanti dan Universitas Sriwijaya (Unsdri) Palembang. Pada pembukaan pameran TTG tersebut hadir Deputi Pengembangan Sumber Daya Kementrian Desa Tertinggal, Made Hastawarai serta Wakil Gubernur Sumatera Selatan, dr Mahyuddin NS.
Ketua Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi Sumatera Selatan, Djoni Bustam mengatakan, keikutsertaan mahasiswa dalam TTG ini diharapkan dapat memacu pengembangan teknologi dan informasi yang mengarah pada kemakmuran rakyat, terutama di pedesaan. Ada sinyelemen sebagian besar penduduk pedesaan di Sumatera Selatan bekerja di bidang pertanian. Karena itu, penerapan teknologi berguna dan mutlak dibutuhkan.
“Itu sebabnya maka kita mengundang pihak perguruan tinggi untuk ikut memamerkan karya mereka. Kontribusi mahasiswa yang itu antara lain berbentuk hasil penelitian, inovasi dan temuan-temuan peralatan khususnya dalam sektor pertanian,” kata Djoni.
Djoni yang juga merangkap ketua pelaksana kegiatan pameran menuturkan, lembaga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta memiliki peranan besar dalam melahirkan ahli teknologi sesuai disiplin ilmi mereka masing-masing, misalnya dalam bidang pertanian. Fakta menunjukkan, saat ini, sebagian besar Dari para petani padi masih menggunakan sistem teknologi manual dan masih tergantung faktor iklim.
“Coba perhatikan, masih banyak di antara petani yang mengeringkan padi hanya dengan mengandalkan cuaca panas. Maka jika musim penghujan tiba kualitas beras langsung menurun. Padahal, kalau teknologi pengeringan dikembangkan, maka produksi beras tidak tergantung pada perubahan cuaca. Kualitaspun dapat dipertahankan. Lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi mestinya paham kondisi ini,” ujarnya.
Deputi Pengembangan Sumber Daya Kementrian Desa Tertinggal, Made Hastawarai, mengatakan, permasalahan yang sering melanda sektor pertanian di Indonesia adalah soal bagaimana penanganan sektor hulu dan hilirnya.
“Kita harus pahami dulu kebutuhan sektor hulu dan hilir. Saya yakin, antara sektor hulu dan hilir saling terkait dan dapat diatur. Bila kondisi tersebut tercapai, maka Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu kawasan pertanian diharapkan akan mampu menciptakan masyarakat petani yang makmur dan mandiri,” kata Made Hastawarai.
Dilihat dari angka realistis, penduduk Sumsel berjumlah sekitar 6,7 juta jiwa. Sekitar 2,7 juta jiwa di antaranya merupakan penduduk yang masuk ke dalam kategori kurang mampu atau miskin. Data itu sungguh ironis. Betapa tidak, Sumatera Selatan sudah lama dikenal sebagai penyumbang hasil pertanian terbesar di Indonesia. Sumbangannya bagi negara termasuk nomor lima terbesar.
“Saya harap teknologi yang dipamerkan ini dapat segera diterapkan kepada masyarakat. Sehingga tingkat pendapatan masyarakat petani di Sumatera Selatan makin meningkat dan terus meningkat.” Made Hastawarai.

Buka Mata dengan Teknologi
Efisien dan multi manfaat. Demikianlah spirit teknologi yang diusung mahasiswa Universitas Bina Darma (UBD) dalam pameran TTG. Alhasil, aneka ragam peralatan yang tampak cukup sederhana dipajang di stan UBD. Di antara peralatan berbasis teknologi yag dipamerkan terdapat mesin briket arang kelapa sawit, alat perontok padi, alat sederhana pembuat pupuk organik, mesin pencetak batu batako, dan lain sebagainya.
“Teknologi yang kita terapkan dalam peralatan tersebut merupakan hasil penelitian kawan-kawan di kampus. Pelbagai penelitian dan eksperimen sudah merupak teradisi kampus kami, terutama pada jurusan teknik industri dan teknik komputer,” terang Fadrul, salah satu mahasiswa UBD.
Ajang pameran seperti TTG ini sangat bermanfaat dan dapat membuka mata kalangan masyarakat di Sumatera Selatan. Bahkan, pengunjung dari kalangan terdidik yang sempat menyaksikan pameran TTG ini mengakui, perkembangan teknologi pertanian di Sumatera Selatan ini sudah lumayan baik.
“Saya kagum terhadap hasil karya teman-teman mahasiswa. Teknologi yang ditampilkan dalam pameran TTG ini sudah lumayan canggih,” kata Siska, mahasiswi semester II Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP). “Pameran TTG ini sangat banyak manfaatnya, baik bagi masyarakat umum terlebih bagi para petani di pedesaan. Para petani di pedesaan tentu berkembang, terus mencari cara termudah untuk meringankan pekerjaan mereka dengan hasil sebaik mungkin. Dalam hal ini teknologi mutlak diperlukan. Dan harus selalu berkembang,” kata Siska
Wakil Gubernur Sumatera Selatan, dr Mahyuddin NS yang hadir saat pembukaan pameran TTG tersebut mengatakan, pameran TTG merupakan sebuah langkah strategis yang sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk memperoleh informasi. Informasi dalam banyak hal. Sementara di lain pihak, pameran TTG ini juga punya arti penting untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat di Sumatera Selatan.
“Saya kira, teknologi penting diinformasikan. Itu pasti merupakan salah satu tujuan dalam kegiatan pameran TTG tersebut. Namun, yang lebih penting dari semuanya, pameran TTG ini diharapkan mampu membangkitkan semangat dan memperbaiki tingkat dan derajat kehidupan masyarakat banyak,” kata Mahyuddin.
Keterangan dr H Mahyuddin NS benar. Sebab, ada cukup banyak potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang tersimpan di seantero bumi Sumatera Selatan ini. Namun, karena sebagian besar masyarakat belum memanfaatkan dan mengacu pada penerapan teknologi, maka potensi tersebut belum dapat dioptimalkan.
“Kita berharap, pameran TTG ini dapat bermanfaat untuk memaksimumkan pengembangan potensi sumber daya alam (SDA) Sumatera Selatan. Manfaat lain dari pameran TTG ini antara lain adalah untuk mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM) yang benar-benar andal,” katanya.
Menteri Riset dan Teknologi Kabinet Indonesia Bersatu, Kusmayanto Kadirman mengemukakan, keberhasilan program pemerintah tidak hanya dilihat dari banyaknya hasil komoditas yang di panen, melainkan lebih pada bagaimana penelitian atau upaya-upaya perbaikan dilakukan. Ada pun berhasil atau tidaknya penelitian yang dilakukan, sangat bergantung dari sejauh mana masyarakat memanfaatkannya.
“Selain itu,” tambah Kusmayanto, keberhasilan harus dibuktikan dengan dampak perekonomian pada masyarakat banyak. Apakah teknologi tersebut dapat menambah pendapatan masyarakat atau sebaliknya? Jawabannya kembali ke individu masing-masing Sejauh mana masyarakat bisa memanfaatkan teknologi yang ada,” katanya (*)