Jumat, 13 Juni 2008

Pelabuhan Samudera Tanjung Api-api






Menata Masa Depan di Pelabuhan Internasional
PERCEPATAN rencana Pembangunan Pelabuhan laut Tanjung Api‑api di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan terus bergulir sejak 2005 lalu. Dukungan suntikan dana pun dinilai tak main‑main. Kabarnya, Pemerintah Sumsel periode 2005‑2006 lalu menyiapkan dana dari pos APBN senilai Rp 6 milliar untuk merealisasikan pembangunan di Tanjung Api‑api seluas 600 Ha. Total dana yang akan dikucurkan untuk pekerjaan akses jalan menuju ke kawasan Pelabuhan Tanjung Api‑api cukup fantastis, berkisar Rp 378 miliar.

Lalu, apa kontribusi yang diharapkan nantinya? Hasil kajian studi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut oleh Louis Berger Internasional Intemasional Inc. 1995 lalu, Pelabuhan Tanjung Api‑Api mampu melayani tonase kapal dengan carrying capacity 3.000 TFEUS (Twenty Feet Equivalent Unit). Sedangkan kemampuan pelabuhan Boom Baru maupun Muara Sabak Provinsi Jambi hanya 500 TFEUS. Berkaca pada data itu, maka keberadaan Pelabuhan Laut Tanjung Api‑Api merupakan sebuah gerbang emas bagi dunia Internasional.
Selain mampu meningkatkan kapasitas angkutan untuk jenis kapal‑kapal bertonase besar, Pelabuhan Laut Tanjung Api‑Api itu sangat memungkinkan memperpendek alur jarak tempuh bagi armada laut. Bahkan sumber data yang ada memperlihatkan tujuan Tanjung Api‑Api ke Jakarta berjarak 266,67 mil/480 km. Tujuan Tanjung Api‑Api ke Singapura hanya menempuh 250 mil/450 km. Untuk ke Kuala Lumpur saja hanya butuh waktu tempuh selama 402,78 mil/725 km. Dalam Peta Rencana Lokasi Pelabuhan laut Tanjung Api‑Api telah disiapkan beberapa pembangunan. Antara lain pelabuhan/terminal general kargo mencapai 80 Ha, pelabuhan laut sekitar 91 Ha, pelabuhan penyebrangan sekitar 21 Ha, pelabuhan 1 stock pile batubara sekitar 80 Ha, pelabuhan peti kemas seluas 80 Ha, pelabuhan /terminal curah cair (CPOIBBM/Migas/Pupuk/semen) di atas lahan sekitar 85 Ha.
Tanjung Api‑Api dengan luas wilayah 97.196.825 kilometer persegi berdasarkan planning akan dibagi beberapa titik kawasan sesuai pemanfaatan lahan. Terdiri sub kawasan A memiliki luas lahan 13 ribu Ha diarahkan untuk pelabuhan laut, kawasan perindustrian dan lokasi penunjang lainnya. Sub kawasan B yang luasnya diperkirakan 9.324,35 Ha untuk kawasan penunjang produksi dan utilitas. Titik kawasan yang ketiga adalah sub kawasan C seluas empat ribu hektare berfungsi sebagai kawasan penunjang.
Direktur Utama Badan Pengelola dan Pengembangan Kawasan Tanjung Api‑Api Kabupaten Banyuasin, Sofyan Rebuin mengemukakan, sesuai rencana pembangunan kawasan pelabuhan Tanjung Api‑Api yang semula seluas 600 Ha, ternyata setelah dilakukan kembali perhitungan ulang dibutuhkan lahan mencapai 1.000 Ha (hanya 8,09%). Sementara untuk mengakomodir kawasan industri dan pergudangan berada di kawasan Hutan Lindung di Pantai Air Telang diperlukan lahan 12.360 Ha.
Saat ini jawab Sofyan, Provinsi Sumsel sedang mempersiapkan pembangunan akses transportasi menuju kawasan Tanjung Api‑Api sepanjang 68,8 kilometer dari Simpang Tanjung Api‑Api. Penyelesaiannya ditargetkan siap akhir 2007.
“Infrastruktur sudah ada, perencanaan sudah kita siapkan, pembangunan pelabuhaan sudah dibiayai oleh APBN, untuk CPO akan dibiayai asosiasi CPO. Tinggal peti kemasnya, akan kita cari partner Pelindo. Sekarang kita lagi menunggu tanda sah terima hutan lindungnya saja. Mudah-mudahan DPR akan ketuk palu dalam waktu dekat, "tulis Sofyan beberapa hari lalu.
Sebagaimana yang tertuang dalam laporan program Rencana Pembangunnan Pelabuhan Laut Tanjung Api‑Api ada beberapa tahap konstruksi yang akan dikerjakan. Adalah tahap konstruksi fasilitas laut berupa pelabuhan peyeberangan Tanjung Api‑Api. Dana yang dipakai untuk tahap ini bersumber dari APBN Dephub sejak periode 2004 s/d 2006. Hasil pekerjaan berbentuk trestle 120 meter dengan penyerapan dana sebesar Rp 11 miliar. Untuk peyelesaian fasilitas laut itu membutuhkan total anggaran Rp 39,72 miliar. Pada sumber dana yang sama juga dilakukan pembangunan pelabuhan laut Tanjung Api‑Api dengan penyerapan dana Rp 12 miliar. Total untuk penyelesaiannya menghabiskan uang Rp 43,44 miliar. Kemudian tahap konstruksi fasilitas darat. Sesuai dengan kesepakatan Dephub dan Pemerintah Provinsi Sumsel menggunakan dana APBN tahun 2006. Adapun APBD Provinsi Sumsel diperuntukkan pematangan lahan seluas 21 Ha serta konstruksi fasilitas darat
Perda No. 7 Tahun 2005 yang berisikan tentang pengembangan jalan menuju ke kawasan Tanjung Api‑Api akan dibuat dua jalur dan konstruki agregat. Aturan rencana pelabuhan Tanjung Api‑Api ini juga mengacu terhadap Surat Menhub RI PR /00212/ PHB 2006 tanggal 28 April 2006 yang menyarankan agar pembangunan jalan dengan satu jalur konstruksi aspal. Dalam surat menteri itu juga mengharapkan dukungan pihak Provinsi Sumsel untuk membangun jalan penghubung dari jalan poros ke areal pelabuhan penyeberangan dan pelabuhan laut. Perkiraan jarak antara jalan poros ke lokasi pelabuhan mencapai 5.000 m2. Namun jalan akses ini terletak di titik km 63+700 jalan utama.
Menyoal seputar kemajuan yang dicapai dari pekerjaan pembangunan pelabuhan laut Tanjung Api‑Api ini juga disampaikan langsung oleh H Moch Hatta Direktur Umum Badan Pengelola dan Pengembangan Kawasan Tanjung Api‑Api. Menurut Hatta, guna mendukung terciptanya Pelabuhan Laut Tanjung Api‑Api sebagai kawasan yang terpadu. Rencananya akan dibangun jalur rel Kereta Api sepanjang 75 kilometer dari arah Lubuk Linggau terus ke Martapura. Supaya hasil‑hasil produksi potensi SDA yang ada di daerah dapat tertampung maka disiapkan pula lokasi peti kemas.
Sekadar membalik cerita potensi SDA energi yang tersimpan di Provinsi Sumsel. Ternyata untuk batubara mampu mengeluarkan produksi 9,5 juta ton (9,3% produksi nasional), Gas Bumi memiliki produksi 0,29 Trilium Standard Cubic Feet (9% produksi nasional), Minyak Bumi menghasilkan produksi 22,93 Metric Stock Tank Barrel. Sedangkan produksi pertanian Provinsi Sumsel tahun 2005 tercatat produksi Beras 1,46 juta ton target 2009 sekitar 2 juta ton, Jagung sebanyak 75 ribu ton target 2009 sebesar 200 ribu ton, Karet sebanyak 688,4 ribu ton ditargetkan 2009 mencapai 800 ribu ton, CP0/Kemel sebesar 1,53 juta ton target 2009 sekitar 1,8 juta ton, Kopi sebanyak 145,4 ribu ton ditargetkan 2009 150 ribu t9R Kopra dengan produksi 71,2 ribu ton target 2009 80 ribu ton, produksi Kayu Pulp 2,27 juta m3 ditargetkan 2009 10,3 juta m& Produksi ternak Sapi pada tahun yang sama memiliki populasi 448,45 ribu ekor target 2009 mencapai 623.740 ekor, produksi Udang 25,3 ribu ton ditargetkan 2009 sebesar 35 ribu ton dan ikan budidaya hanya 30,5 ribu ton diharapkan target 2009 menjadi 56 ribu ton.
"Peti kemas itu fungsinya salah satunya adalah untuk menampung seluruh hasil alam yang ada. Bahkan kita sudah ekspos bagaimana master plant Pelabuhan Laut Tanjung Api‑Api ini di Gedung Buana Bakti ekpos soal master plan dan Tanjung Api‑Api. Jika tidak ada halangan tim terpadu akan melihat langsung lokasi bulan ini (Mei 2007),"cerita Hatta.
Informasi data volume ekspor non migas batubara Provinsi Sumsel mengunakan Pelabuhan Boom Baru menyebutkan untuk total volume non migas ( karet, CPO, Pulp, Kopi, kayu lapis, Sapi, Udang, lain‑lain (produksi tanaman pangan) tahun 2004 sebesar 1.812.451 ton dengan nilai USD 1.128.170.000 Sedangkan komoditas batubara melalui pelabuhan Boom Baru hanya menghasilkan volume 685.083 (melalui stasiun Kertapati) dengan nilai USD 23.257.000. Volume ekspor batubara ini akan ditargetkan selama 2009 menjadi 20.000.000 ton dengan nilai USD 678.967.000. Target kita 2009 dengan mengoperasionalkan Pelabuhan Tanjung Api‑Api adalah untuk komoditas nonmigas 6.286.000 ton dengan perolehan nilai sebesar USD 3.252.232.000. Kalau 2004 lalu volume ekspor nonmigas dan batubara hanya 2.497.534 ton maka 2009 nanti angkanya mecapai 26.286.000 ton dengan perolehan nilai USD 3.931.199.000,"katanya.
Masih menurut Hatta, dari permohonan awal rencana pengembangan Tanjung Api‑Api memiliki luas 1.000 Ha. Namun setelah diajukan, Menteri Kehutanan menyetujui 600 Ha.
"Jadi Pak Menteri minta kita ekspos. Detailnya dalam bentuk master plan. Untuk tambang, ada pelabuhan ferinya. Dan beliau minta untuk pembangunan itu harus berwawasan lingkungan. Jadi modelnya tidak menggundulkan hutan. Biota‑biota lautnya tetap terjaga. Jadi menurut versi Departemen Kehutanan mungkin kalau jadi kawasan ini menjadi percontohan yang pertama di dunia internasional," Hatta menjelaskan.
Tentang sosialisasi pembangunan Tanjung Api‑Api selama ini, Hatta mengakui sosialisasi terus diupayakan semaksimal mungkin. Justru beberapa investor dalam maupun luar sudah ada yang berminat. Mereka lebih cenderung terlebih dahulu mengkaji dan melihat aturan perizinan yang diberlakukan.
"Banyak yang berkeinginan. Kita siap untuk menerima mereka," ujar Hatta.

Alih Fungsi Pelabuhan Boombaru
Sebagai kawasan pelabuhan bertaraf internasional, sudah barang tentu efek nyata yang akan dirasakan oleh Provinsi Sumsel nantinya adalah mampu menjadi faktor penarik, pendorong serta penunjang sektor ikutan di kawasan Belajasumba.
"Nanti kalau pelabuhan ini sudah operasional, kan ada pelabuhan feri. Kalau bisa selama ini pelabuhan feri yang ada di Boombaru butuh waktu enam jam maka melalui Tanjung Api‑Api jarak tempuh jauh lebih pendek,"beber Hatta.
Minimnya dukungan Pelabuhan Boom Baru terhadap pencapaian nilai volume maupun besaran rupiah yang diperoleh lebih disebabkan karena kawasan Boom Baru tidak dimungkinkan lagi untuk dimekarkan. Apalagi di sana terdapat perumahan padat penduduk. Belum lagi adanya intensitas lalu lintas yang semakin padat dan alur sungai semakin menyempit dan dangkal. Alasan lainnya seperti jarak ke ambang luar/muara relatif jauh, sekitar 60 mil setara 108 kilometer. Kedalaman air sangat tergantung dengan pasang surut air, hanya dapat dilayari selama enam jam per hari. Itupun ketika pasang naik hanya dapat dilalui kapal yang berkedalaman di bawah 7 meter dan kapasitas di bawah 10.000 Gross Tonase.
Dukungan penuh terhadap pengembangan Tanjung Api‑Api menjadi kawasan Pelabuhan bertaraf Internasional juga disambut baik oleh beberapa lembaga. Antara lain datang dari PT Pusri. Tanggal 26 Januari 2006 Ialu Direksi PT Pusri memaparkan di Pemerintahan Provinsi Sumsel tentang pegembangan pabrik ke kawasan Tanjung Api‑Api. PT. Pusri bahkan meminta disiapkan lahan untuk pabrik di sekitar lokasi pelabuhan. Permintaan lainnya dibangun tie interconnection gas oleh PGN mengarah ke kawasan industri.
PT. PGN juga sudah menyatakan siap berkomitmen membangun pipa transmisi gas dari Palembang ke Tanjung Api‑Api. Tanda keseriusan PGN ditindaklanjuti ketika pada 24 November 2005 lalu PGN menyampaikan komitmennya kepada Menteri ESDM saat peletakan batu pertama Pusat Pengumpul dan Penyalur gas di Pagar Dewa.
Selain itu juga ada PT BA yang siap mendukung pembangunan stock pile batubara di kawasan Tanjung Api‑Api. PT Pertamina menyatakan kesediaannya membangun kilang minyak. Dukungan juga diberikan Gabungan Perusahaan Perkebunan Sumatera Selatan (GPPSS) yang berkomitmen siap membangun dermaga CPO. Selanjutnya dukungan PT Pelindo 11 Cabang Palembang, Gapkindo dan Polda Sumsel. Dukungan Polda ini sesuai dengan surat Kapolda Sumsel 13 Juni 2006 No B/2048NI/2006/Rorenbang, perihal fasilitas POLRI dalam penyusunan Master Plan pelabuhan laut Tanjung Api‑Api.

Teknologi untuk Rakyat, Menata Kemakmuran
Badan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan (BPMP) Sumsel bersama Dewan Riset Daerah (DRD) Sumsel mengadakan pameran Teknologi Tepat Guna (TTG). Pameran tersebut dimulai 27 hingga 30 Juli 2007 bertempat di Lapangan Parkir Stadion Bumi Sriwijaya. Salah satu tujuan TTG yang digelar dengan tema “Implementasi Energi Alternatif dan Teknologi Hasil Pertanian dalam Menghasilkan Kemakmuran di Sumsel Berbasis Sumber Daya Alam” adalah upaya memakmurkan rakyat.
Pameran yang menampilkan pelbagai produk teknologi yang terdapat di 12 Kabupetan/Kota se-Sumatera Selatan ini juga menyajikan ragam peralatan pertanian berbasis teknologi yang digagas mahasiswa Universitas Bina Darma, Universitas Muhammadiyah Palembang, Universitas Tridinanti dan Universitas Sriwijaya (Unsdri) Palembang. Pada pembukaan pameran TTG tersebut hadir Deputi Pengembangan Sumber Daya Kementrian Desa Tertinggal, Made Hastawarai serta Wakil Gubernur Sumatera Selatan, dr Mahyuddin NS.
Ketua Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi Sumatera Selatan, Djoni Bustam mengatakan, keikutsertaan mahasiswa dalam TTG ini diharapkan dapat memacu pengembangan teknologi dan informasi yang mengarah pada kemakmuran rakyat, terutama di pedesaan. Ada sinyelemen sebagian besar penduduk pedesaan di Sumatera Selatan bekerja di bidang pertanian. Karena itu, penerapan teknologi berguna dan mutlak dibutuhkan.
“Itu sebabnya maka kita mengundang pihak perguruan tinggi untuk ikut memamerkan karya mereka. Kontribusi mahasiswa yang itu antara lain berbentuk hasil penelitian, inovasi dan temuan-temuan peralatan khususnya dalam sektor pertanian,” kata Djoni.
Djoni yang juga merangkap ketua pelaksana kegiatan pameran menuturkan, lembaga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta memiliki peranan besar dalam melahirkan ahli teknologi sesuai disiplin ilmi mereka masing-masing, misalnya dalam bidang pertanian. Fakta menunjukkan, saat ini, sebagian besar Dari para petani padi masih menggunakan sistem teknologi manual dan masih tergantung faktor iklim.
“Coba perhatikan, masih banyak di antara petani yang mengeringkan padi hanya dengan mengandalkan cuaca panas. Maka jika musim penghujan tiba kualitas beras langsung menurun. Padahal, kalau teknologi pengeringan dikembangkan, maka produksi beras tidak tergantung pada perubahan cuaca. Kualitaspun dapat dipertahankan. Lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi mestinya paham kondisi ini,” ujarnya.
Deputi Pengembangan Sumber Daya Kementrian Desa Tertinggal, Made Hastawarai, mengatakan, permasalahan yang sering melanda sektor pertanian di Indonesia adalah soal bagaimana penanganan sektor hulu dan hilirnya.
“Kita harus pahami dulu kebutuhan sektor hulu dan hilir. Saya yakin, antara sektor hulu dan hilir saling terkait dan dapat diatur. Bila kondisi tersebut tercapai, maka Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu kawasan pertanian diharapkan akan mampu menciptakan masyarakat petani yang makmur dan mandiri,” kata Made Hastawarai.
Dilihat dari angka realistis, penduduk Sumsel berjumlah sekitar 6,7 juta jiwa. Sekitar 2,7 juta jiwa di antaranya merupakan penduduk yang masuk ke dalam kategori kurang mampu atau miskin. Data itu sungguh ironis. Betapa tidak, Sumatera Selatan sudah lama dikenal sebagai penyumbang hasil pertanian terbesar di Indonesia. Sumbangannya bagi negara termasuk nomor lima terbesar.
“Saya harap teknologi yang dipamerkan ini dapat segera diterapkan kepada masyarakat. Sehingga tingkat pendapatan masyarakat petani di Sumatera Selatan makin meningkat dan terus meningkat.” Made Hastawarai.

Buka Mata dengan Teknologi
Efisien dan multi manfaat. Demikianlah spirit teknologi yang diusung mahasiswa Universitas Bina Darma (UBD) dalam pameran TTG. Alhasil, aneka ragam peralatan yang tampak cukup sederhana dipajang di stan UBD. Di antara peralatan berbasis teknologi yag dipamerkan terdapat mesin briket arang kelapa sawit, alat perontok padi, alat sederhana pembuat pupuk organik, mesin pencetak batu batako, dan lain sebagainya.
“Teknologi yang kita terapkan dalam peralatan tersebut merupakan hasil penelitian kawan-kawan di kampus. Pelbagai penelitian dan eksperimen sudah merupak teradisi kampus kami, terutama pada jurusan teknik industri dan teknik komputer,” terang Fadrul, salah satu mahasiswa UBD.
Ajang pameran seperti TTG ini sangat bermanfaat dan dapat membuka mata kalangan masyarakat di Sumatera Selatan. Bahkan, pengunjung dari kalangan terdidik yang sempat menyaksikan pameran TTG ini mengakui, perkembangan teknologi pertanian di Sumatera Selatan ini sudah lumayan baik.
“Saya kagum terhadap hasil karya teman-teman mahasiswa. Teknologi yang ditampilkan dalam pameran TTG ini sudah lumayan canggih,” kata Siska, mahasiswi semester II Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP). “Pameran TTG ini sangat banyak manfaatnya, baik bagi masyarakat umum terlebih bagi para petani di pedesaan. Para petani di pedesaan tentu berkembang, terus mencari cara termudah untuk meringankan pekerjaan mereka dengan hasil sebaik mungkin. Dalam hal ini teknologi mutlak diperlukan. Dan harus selalu berkembang,” kata Siska
Wakil Gubernur Sumatera Selatan, dr Mahyuddin NS yang hadir saat pembukaan pameran TTG tersebut mengatakan, pameran TTG merupakan sebuah langkah strategis yang sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk memperoleh informasi. Informasi dalam banyak hal. Sementara di lain pihak, pameran TTG ini juga punya arti penting untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat di Sumatera Selatan.
“Saya kira, teknologi penting diinformasikan. Itu pasti merupakan salah satu tujuan dalam kegiatan pameran TTG tersebut. Namun, yang lebih penting dari semuanya, pameran TTG ini diharapkan mampu membangkitkan semangat dan memperbaiki tingkat dan derajat kehidupan masyarakat banyak,” kata Mahyuddin.
Keterangan dr H Mahyuddin NS benar. Sebab, ada cukup banyak potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang tersimpan di seantero bumi Sumatera Selatan ini. Namun, karena sebagian besar masyarakat belum memanfaatkan dan mengacu pada penerapan teknologi, maka potensi tersebut belum dapat dioptimalkan.
“Kita berharap, pameran TTG ini dapat bermanfaat untuk memaksimumkan pengembangan potensi sumber daya alam (SDA) Sumatera Selatan. Manfaat lain dari pameran TTG ini antara lain adalah untuk mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM) yang benar-benar andal,” katanya.
Menteri Riset dan Teknologi Kabinet Indonesia Bersatu, Kusmayanto Kadirman mengemukakan, keberhasilan program pemerintah tidak hanya dilihat dari banyaknya hasil komoditas yang di panen, melainkan lebih pada bagaimana penelitian atau upaya-upaya perbaikan dilakukan. Ada pun berhasil atau tidaknya penelitian yang dilakukan, sangat bergantung dari sejauh mana masyarakat memanfaatkannya.
“Selain itu,” tambah Kusmayanto, keberhasilan harus dibuktikan dengan dampak perekonomian pada masyarakat banyak. Apakah teknologi tersebut dapat menambah pendapatan masyarakat atau sebaliknya? Jawabannya kembali ke individu masing-masing Sejauh mana masyarakat bisa memanfaatkan teknologi yang ada,” katanya (*)

Tidak ada komentar: