Jumat, 13 Juni 2008

Ponpes






Dari Masjid ke Islamic Centre, dari Ustaz ke Ponpes
SIANG itu, suasana Ponpes Sabulus Salam lain dari biasanya. Ekspresi sumringah penuh kebanggaan menghias wajah para santri, pemimpin, dan pengasuh ponpes yang berada di Desa Sriwangi, Kecamatan Madang Suku III, Ogan Komering Ulu Timur (OKUT). Pemimpin Ponpes Sabulus Salam, K.H. Sofa, diiringi para pengasuh Ponpes, memapak kedatangan Gubernur Sumsel, Syahrial Oesman.
K.H. Sofa pun mengeluarkan isi hatinya dalam kunjungan singkat ini. Menurutnya, ponpes yang dipimpinnya itu merupakan pioner lembaga pendidikan sejenis di wilayah Ogan Komering Ulu. Namun, sejak didirikan 40 tahun lalu, baru hari itulah mereka menerima kunjungan seorang Gubernur.
Pernyataan Sofa ini ditanggapi hangat oleh Syahrial. Dia pun mengatakan bahwa ponpes ini bukanlah tempat yang asing baginya. Soalnya, saat menjabat Bupati OKU –belum dimekarkan menjadi tiga, OKU Induk, OKUS, dan OKUT—periode 1999-2003, dia pernah berkunjung ke tempat itu.
“Saya selalu mengingat daerah ini, karena mengingatkan saya pada dua orangtua saya,” kata Syahrial.
Berkunjung ke ponpes yang ada di wilayah kerjanya bukanlah sesuatu yang langka bagi Syahrial. Sama halnya dengan shalat Jumat yang selalu dilakukannya dengan cara berkeliling dari masjid ke masjid. Kunjungannya pun selalu disertai misi pembangunan.
Seperti kunjungan yang dilaksanakan Maret 2006 itu. Kepada H. Sofa dan pemukim di ponpes ini, Syahrial meminta agar dapat menyosialisasikan pemakaian briket batu bara sebagai bahan alternatif selain bahan bakar minyak (BBM). Ini merupakan rangkaian dari programnya menjadikan Sumsel sebagai Lumbung Energi Nasional.
“Pondok pesantren ini merupakan pioner dalam dunia pendidikan keagamaan di daerah ini. Saya yakin, juga dapat menjadi pioner bagi masyarakat di sekitarnya dalam penggunaan briket batu bara,” kata Syahrial, kala itu.
Perhatian Syahrial terhadap perkembangan ponpes di daerah ini juga diejawantahkan dalam bentuk bantuan keuangan. Tahun 2006, Pemprov Sumsel mengalokasikan anggaran sebesar Rp 5 miliar untuk 281 ponpes. Mengenai nilai bantuan ini, saat wawancara dengan wartawan, 21 April 2006, dia mengatakan bahwa Pemprov Sumsel merencanakan peningkatan bantuan menjadi Rp 7,5 miliar untuk tahun 2007.
“Peningkatan ini seiring dengan meningkatnya perekonomian, serta pentingnya pendidikan agama,” kata Syahrial, yang juga mengatakan bahwa bantuan itu tidak akan dibagi dengan sistem pukul rata. “Ya, antara lain berdasarkan jumlah santri yang mondok. Ini lebih efektif dan berkeadilan.”
Lebih kurang tujuh bulan kemudian, pada acara Halal Bihalal dengan Kepala Madrasah dan Kiai Ponpes se-Sumsel di Graha Bina Praja Pemprov Sumsel, 18 November 2006, Syahrial merealisasikan janjinya. Kepada para undangan, di antaranya Ketua Forum Pondok Pesantren Sumatera Selatan (Forpess), K.H. Hendra Zainuddin serta Dewan Pengurus dan Penasihat Forpess, K.H. Tol’at Wafa, Syahrial mengatakan bahwa bantuan bagi ponpes telah dinaikkan menjadi Rp 7,5 miliar.
Hal yang sama juga dilakukan terhadap masjid. Selama tahun 2006, tercatat sebanyak delapan puluh masjid telah menerima bantuan. Nilainya bervariasi, sesuai permintaan pengurus dan warga sekitar masjid serta persetujuan Gubernur. Bahkan, nilai bantuan itu muncul berdasarkan spontanitas Syahrial.
Untuk lebih meningkatkan pengkajian keagamaan, Pemprov Sumsel juga berencana membangun Islamic Centre. Rencananya, alokasi dana pembangunannya dianggarkan pada APBD 2007 ini.

Ustaz dan Ustazah
BAGAIMANA nasib para ustaz dan ustazah pengajar Taman Kanak-kanak/Taman Pendidikan Alquran (TK/TPA) selama ini? Rata-rata iuran per orang murid TK/TPA di daerah ini dalam kisaran Rp 10.000-Rp 20.000. Tanpa “subsidi” dari Pemerintah, berapa honor mereka jika jumlah muridnya tidak lebih dari lima puluh orang, sementara jumlah ustaz/ustazah termasuk staf administrasi TK/TPA itu minimal tiga orang?
Tampaknya, kondisi serupa ini menjadi salah satu perhatian Gubernur Sumsel, Syahrial Oesman. Atas dasar itu, dia pun menganggarkan dana lewat APBD Sumsel sebesar Rp 1.200.000 per orang per tahun bagi 2.000 ustaz dan ustazah di Sumsel. Tahun berikutnya, bantuan berupa insentif ini ditingkatkan lagi penerimanya. Yaitu, Rp 440.000 per orang per bulan untuk 5.447 ustaz dan ustazah.
Dalam APBD tahun 2006, insentif kembali ditingkatkan. Kali ini, nilainya Rp 480.000 per orang per bulan untuk 5.000 ustaz dan ustazah. Syahrial pun merencanakan peningkatan dalam APBD 2007.
Di samping itu, program bantuan menunaikan ibadah haji dengan pembiayaan dari APBD, terus berlangsung. Tiap tahun, Pemprov Sumsel membiayai perjalanan ibadah haji untuk dua puluh orang. (*)

Tidak ada komentar: