Kamis, 14 Agustus 2008
Helmy Yahya: Saya Ingin Rakyat Sumsel Kaya Bukan Mengemis
MALAM itu, sekitar pukul 23.00, Helmy Yahya baru saja sampai ke rumahnya. Tiga hari dia melakukan kunjungan ke luar kota, yakni ke Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, dan Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan. Meskipun kulit wajah dan tangannya mulai menghitam akibat sengatan matahari, tapi calon wakil gubernur Sumatera Selatan 2008-2013, yang diusung PDI Perjuangan, PKS, PPP, PKB, dan koalisi 12 parpol, tetap ceria dan ramah, menerima tamu di rumahnya, kawasan Jakabaring, Palembang, hingga tengah malam.
Berikut petikan wawancara www.hsyahrialoesman.blogspot.com dengan Helmy Yahya.
T: Bagaimana kabar Anda hari ini?
HY: Baik, dan saya kian bersemangat.
T: Kenapa?
HY: Ternyata dukungan masyarakat terhadap saya dan SO (Syahrial Oesman) begitu besar, dan ikhlas. Saya menjadi terharu sekaligus bertambah bersemangat untuk berjuang memenangkan Pemilukada Sumsel ini. Saya harap Allah akan memberkahi dan meridhoi apa yang kami citakan, sehingga kemenangan ini dapat menjadi jembatan buat meneruskan pembangunan yang sudah berjalan lima tahun ini. Sehingga kejayaan, berupa kemakmuran, kecerdasan, berbudaya, rakyat Sumsel kian bertambah baik.
T: Mengapa Anda mau mendampingi SO sebagai wakil gubernur?
HY: Terus-terang, SO merupakan sosok pemimpin idola saya. Orangnya sederhana, praktis, dan senang dengan segala hal yang berkaitan dengan kepentingan rakyat. Apa itu pendidikan, kesehatan olahraga, kesenian, kerohanian, ilmu pengetahuan, dan lainnya. Dia juga orangnya tidak banyak ngomong. Maunya kerja. Siang dan malam maunya kerja. Tapi, kalau sudah guyon, orangnya juga sangat menyenangkan. Terus-terang, saya melihat SO itu energinya luar biasa.
Di sisi lain, saya suka dengan SO lantaran memiliki pemikiran yang maju ke depan. Program Lumbung Energi Nasional dan Lumbung Pangan merupakan program yang cerdas. Sebab filosofisnya buat kesejahteraan rakyat Sumsel hari ini dan masa mendatang, buat anak-cucu masyarakat Sumsel. Artinya SO melihat sumber energi dan pangan yang ada di Sumsel harus dinikmati wong Sumsel, bukan dinikmati semata oleh orang luar. Ya, bukan semata buat memenuhi biaya sekolah atau berobat bae, tapi jauh lebih dari itu, yakni membuat masyarakat Sumsel menjadi sejahtera dan kaya, sehingga mampu orang lain, bukan meminta atau menunggu sedekah dari orang lain.
Alasan lainnya, saya ingin rakyat Sumsel ini menjaya kaya. Hebat. Saya tidak mau mereka seperti kehidupan saya di masa kecil dulu.
T: Dapat Anda jelaskan hasilnya sementara ini?
HY: Ada di sekitar Anda (tertawa). Kita ini sering tidak mensyukuri apa yang sudah didapat. Lihatlah perekonomian kita jauh lebih baik dari daerah lain. Pasar hidup, terminal dan bandara selalu ramai. Rumah-rumah ibadah dikunjungi umatnya dengan tenang. Tanpa kecemasan. Di sisi lain, pembangunan fisik di Sumsel juga jauh lebih bagus dibandingkan sebelumnya. Jalan-jalan mulus. Hotel banyak. Pabrik banyak. Sarana olahraga bertambah. Ruang publik seperti taman dan rekreasi juga mulai hadir. Tenaga kerja dari luar Sumsel juga banyak yang masuk, dan mencari nafkah di sini. Ini semua menunjukkan Sumsel jauh lebih maju dibandingkan dari sebelumnya. Kalau Anda sering keluar Sumsel selama 10 tahun ini, Anda pasti dapat membedakan pembangunan yang dijalankan SO dan pemimpin sebelumnya.
T: Kira-kira ini didapat dari kebijakan seperti apa?
HY: Ya, misalnya dampak dari program Sumsel Lumbung Energi Nasional dan Lumbung Pangan itu kan membuat banyak investor tertarik. Mereka datang ke Sumsel. Mulai dari jasa hingga infrastruktur. Mereka ini membuat perekonomian di Sumsel hidup. Belum lagi program wisata seperti Visit Musi 2008 yang memberi dampak yang cukup signifikan.
T: Katanya program SO tidak banyak melibatkan masyarakat lokal, seperti Visit Musi 2008 itu?
HY: Semuanya dilibatkan, memang tidak semua wilayah kerja berasal dari Sumsel. Ini kan terkait dengan SDM (sumber daya manusia). Tapi dampaknya tetap luas melalui jalur lain, seperti bisnis atau perdagangan dan jasa. Atas dasar ini pula, saya tertarik mendampingi SO buat mengembangkan SDM di Sumsel, sehingga ke depan apa yang terkandung di Sumsel benar-benar dikelola oleh masyarakat Sumsel.
T: Bentuk konkretnya?
HY: Pendidikan atau pengembangan SDM. Kita akan melanjutkan program pendidikan yang berkualitas, yang mana ada keseimbangan antara mutu pendidikan dengan biaya pendidikan. Tapi, bagi masyarakat miskin memiliki prioritas mendapatkan pembiayaan yang murah atau gratis, dan bagi mereka yang berprestasi akan mendapatkan fasilitas atau tunjangan tambahan.
Perbaikan mutu pendidikan kita yang rusak selama rezim sebelumnya, jelas membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih buat dikembangkan ke depan. Pendidikan ini juga bertalian dengan wilayah ekonomi dan kesehatan.
T: Maksudnya?
HY: Percuma kalau pendidikan murah atau gratis, tapi kalau rakyatnya tetap miskin dan sakit-sakitan. Orang belajar itu perlu sehat. Sehat itu tergantung dari makanan yang dikonsumsi, dan lingkungan tempat tinggalnya. Jadi, tiga hal ini harus sejalan atau berjalan bersama-sama. Tidak boleh dilepaskan salah satunya. Nah, program Sumsel Lumbung Energi dan Lumbung Pangan, sebetulnya mencakup tiga hal itu.
T: Jelasnya?
HY: Jika energi yang kaya di Sumsel ini termanfaatkan dengan baik, begitu pun sumber pangan seperti pertanian, perkebunan, berjalan optimal, maka rakyat Sumsel akan sejahtera. Rakyat sejahtera maka hidupnya akan sehat, dan kaya, atau memiliki penghasilan yang baik. Kalau sudah begini, ilmu pengetahuan didapatkan dengan sempurna oleh masyarakat Sumsel.
T: Bukankah ini kontradiksi?
HY: Betul, memang buat mendapatkan pekerjaan atau penghasilan yang baik, seseorang harus memiliki pendidikan atau kemampuan yang bagus, yang tentunya didapatkan dari dunia pendidikan. Oleh karena itu, kita lebih menekankan pendidikan yang bermutu. Sementara biayanya berimbang dengan kemampuan masyarakat, tapi kualitasnya tetap nomor satu. Bukan digratiskan tapi kualitasnya rendah. Dapat kita membuat program gratis buat semuanya, baik kaya maupun miskin, tapi percayalah kualitasnya akan buruk. Jadi, pendidikan gratis atau murah kita prioritaskan buat yang miskin atau tidak mampu.
T: Baiklah, setelah pendidikan, apa yang ingin Anda wujudkan di Sumsel?
HY: Saya ingin agar semua masyarakat Sumsel yang memiliki ilmu pengetahuan, sekecil apa pun, buat mengembangkan dirinya sebagai pengusaha. Sebagai orang yang mampu menghasilkan uang. Pasarnya cukup besar yakni dunia. Sebab apa yang dihasilkan di Sumsel, baik sumber daya alam maupun produk industrinya, sangat dibutuhkan masyarakat dunia.Oleh karena itu kita akan mengembangkan atau membuka seluasnya peluang ini.
T: Caranya?
HY: Buka akses informasi seluasnya bagi masyarakat. Saya akan menjadikan internet sebagai santapan utama setiap warga Sumsel, sehingga mereka akan mendapatkan informasi seluasnya, dan dapat menjalin komunikasi dengan dunia luas. Dari sanalah peluang bisnis atau usaha akan terbuka. Jadi, caranya internet akan dijadikan barang murah, dan meluas hingga ke polosok-pelosok desa. Dengan internet ini masyarakat di pelosok desa akan menjadi cerdas. Selanjutnya, tentunya melakukan sejumlah program pelatihan dan pembinaan.
T: Program lainnya?
HY: Tentu saja pariwisata. Potensi pariwisata di Sumsel sangat besar, yang belum teroptimalkan selama ini. Program Visit Musi 2008 lalu, telah membuka pintu, dan kini tinggal dikembangkan jauh lebih baik sehingga menjadi kebanggaan atau identitas daerah sekaligus sebagai sumber ekonomi, seperti halnya di Bali.
Dan, dari sisi lain, saya dan SO menginginkan keberagaman budaya di Sumsel terus dipertahankan. Keamanan terus dijaga. Sebab Sumsel ini besar lantaran keberagaman dan keamanan yang baik. Oleh karena itu, sikap solidaritas dan kerohanian terus dipupuk dan dikembangkan di Sumsel. Percuma kalau kita kaya dan sukses, tapi rohani kita kering. Pokoknya selamat di dunia, selamat pula di akhirat. Semoga Allah memberkahi niat kita ini. Amin.
T: Terimakasih telah memberikan waktunya.
Pukul 24.10 wawancara selesai. Helmy Yahya melanjutkan pertemuan dengan sejumlah tamu yang datang. Mereka datang dari sejumlah penjuru daerah di Sumsel. ***
Foto: Helmy Yahya berpose di depan Danau Ranau, OKU Selatan, saat berkunjung dan bertemu dengan masyarakat di sana. Dia menginginkan Danau Ranau menjadi daerah wisata international. (Foto Asep).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar