PKS sudah turun melakukan penyelidikan terhadap tuduhan-tuduhan itu. Hasilnya, semua tidak terbukti, semua fitnah. Mohon Saudara-saudaa tidak terpengaruh fitnah-fitnah itu. Tifatul Sembiring
Presiden PKS
KEPEMIMPINAN H Syahrial Oesman (SO) selama lima tahun terakhir (2003-2008) dinilai telah membawa pencerahan di bidang keagamaan. Hal ini dinilai berkat sikap religius SO dan perhatiannya terhadap pembangunan mental spiritual, yang seimbang dengan bidang fisik material.
Pesan ini disampaikan Majelis Taklim dan KBIH Ahlussunnah wal Jamaah, dalam surat dukungan yang diberikannya kepada SO-H Helmy Yahya (SOHE). Menurut Pembina Yayasan Ahlussunnah wal Jamaah, KH Cek Ujang bin H Hasan Syukur, majelisnya sangat terkesan pada kepemimpinan SO selama ini.
SO dinilai sangat memerhatikan pembangunan mental. Antara lain, memberangkatkan warga miskin, para kiai, ustaz dan ustazah, ke Tanah Suci Mekkah, setiap tahun. “Bukan hanya mendekati Pilkada untuk menarik simpati. Beliau (SO) sudah membantu umat yang ingin mencukupkan Rukun Islam kelima ini sejak menjabat sebagai gubernur, tahun 2003 lalu,” kata Cek Ujang, beberapa hari lalu.
Cek Ujang juga mengatakan bahwa pihaknya selama ini selalu memantau kebijakan SO di bidang keagamaan. Dan, semua itu memberikan manfaat yang sangat positif. Salah satunya, alokasi dana APBD untuk bidang pendidikan agama, yang dimulai dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah, baik pertama maupun atas.
“Kami menilai, Pak Syahrial sudah meletakkan fondasi yang kuat pada pembangunan keagamaan di daerah ini. Alokasi dana di bidang pendidikan itu sangat signifikan untuk membangun mental spiritual yang baik sejak dini,” kata Cek Ujang.
Hubungan Pemprov Sumsel di bawah SO dengan institusi keagamaan, terutama Majelis Ulama Indonesia (MUI), juga dinilai sangat baik. Hal ini sangat berguna untuk meminimalkan kemaksiatan. Antara lain, kata Cek Ujang, kerja sama antara Pemprov Sumsel dengan MUI untuk mencekal artis yang potensial menyebarkan pornoaksi dan pornografi.
“Insya Allah, pembangunan yang sudah baik ini, dapat berjalan lebih baik lagi selama lima tahun mendatang. Ke depan, mungkin lebih banyak lagi hal yang akan beliau lakukan untuk meneruskan program-program yang akan membawa rakyat Sumsel sejahtera, menjadikan Sumsel aman dan tenteram,” kata ulama kharismatis ini.
Kepedulian SO terhadap pembangunan di bidang mental spiritual ini tidak terlepas dari pembawaannya yang semakin hari semakin religius. Sebagai manusia biasa, SO sangat mungkin pernah berbuat khilaf. Namun, semakin hari, dia terlihat semakin
“akrab” dengan sejadah dan masjid.
Perasaan sebagai insan yang kecil dan tak berdaya itu semakin tampak pada dirinya, saat pulang dari menunaikan ibadah umrah, tahun 2007 lalu. Kepada wartawan, kala itu SO menceritakan pengalamannya saat ke Jabal Nur.
Utamakan Berjemaah
“Sungguh, saya merasa sangat kecil. Kita manusia ini tidak ada apa-apa dibanding kekuasaan Yang Maha. Saya juga tak dapat membayangkan bagaimana kekuatan Aisyah, yang selama beberapa hari harus naik turun bukit yang sedemikian tinggi itu. Aisyah yang sedang mengandung, setiap pagi dan sore mengantarkan makanan untuk Rasulullah. Subhanallah,” katanya.
Perasaan sebagai insan yang tak berdaya di hadapan sang Khalik itu tidak hanya disampaikannya lewat perkataan. Seorang staf di Pemprov Sumsel, menyampaikan kesaksiannya pada suatu peristiwa di ruang rapat ketika SO masih menjabat sebagai gubernur.
“Terdengar suara azan ashar. Pak Syahrial, seperti halnya semua orang, menghentikan pembicaraan selama azan berkumandang. Beliau juga mulai melepas cincin dan arloji. Usai azan, beliau minta izin keluar. Sekitar sepuluh menit kemudian, Pak Syahrial masuk ruangan. Kami melihat sisa wudhu di rambut dan wajahnya,” kata staf ini.
Itu merupakan salah satu cara SO mencontohkan perilaku baik lewat perbuatan. Dia juga mengajak semua stafnya yang muslim untuk tidak menunda-nunda salat sekalipun dalam perjalanan. Dalam banyak kunjungan, SO mampir ke masjid untuk menunaikan salat. Tak jarang, dia mengambil prakarsa sebagai imam.
Keutamaan salat berjemaah ini juga selalu disampaikannya dalam banyak kesempatan. “Memakmurkan rumah Allah itu merupakan kewajiban semua umat muslim. Jangan hanya pembangunannya yang dimakmurkan. Kalau hanya bantu semen, marmer, dan sebagainya tanpa diimbangi dengan kebersamaan untuk berjemaah, suatu ketika akan terjadi kondisi, tiang (masjid) lebih banyak daripada jemaahnya,” kata SO.
Jangan Percaya Fitnah
SIKAP religius SO merupakan salah satu pertimbangan penting yang diambil Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk menjadi salah satu partai pengusungnya. Parpol yang hingga kini terkenal menerapkan konsep amar makruf nahi munkar secara kaffah ini juga sangat peduli terhadap sikap dan moral tokoh yang didukungnya.
Akhir-akhir ini, banyak isu negatif yang dilontarkan lawan politik terhadap SO. “Kami mendengar banyak fitnah yang dilontarkan terhadap Pak Syahrial. Saudara-saudara, PKS sudah turun melakukan penyelidikan terhadap tuduhan-tuduhan itu. Hasilnya, semua tidak terbukti, semua fitnah. Mohon Saudara-saudaa tidak terpengaruh fitnah-fitnah itu,” kata Presiden PKS, Tifatul Sembiring, saat berkampanye untuk SOHE DI Lapangan Parkir Bumi Sriwijaya, Selasa (19/8).
Soal kepemimpinan dalam pandangan Islam, juga dilontarkan Raja Dangdut, Rhoma Irama, saat berkampanye di Lapangan KONI Martapura, OKU Timur, Rabu (20/8). Menurut Rhoma, SOHE yang pada Pilkada ini bernomor urut 2, memenuhi empat kriteria pemimpin. Yaitu, sidik, amanah, tabligh, dan fatonah.
Bukan hanya tokoh, seperti Cek Ujang, Tifatul Sembiring, dan Rhoma Irama yang punya pandangan yang demikian. Kesan ini melekat di hati banyak warga Sumsel.*
Rabu, 20 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar